Cherreads

Chapter 10 - Pelarian sementara

Lokasi: Rumah Rita -- keesokan harinya.

Udara malam tak terlalu dingin, tapi suasana hatiku terasa beku.

Motor kuparkir pelan di depan rumah Rita. Lampu terasnya menyala lembut, warna kuning remang-remang seperti mengundang, tapi juga menenangkan. 

> "Raksa? Udah selesai kerja?"

Suara Rita.

> "Iya, Bu.."

> "Masuk,, udah malam. Aku lagi bikin wedang jahe"

Nada suara itu ringan… tapi dalam. Seperti tahu apa yang terjadi, dan tahu persis bagaimana aku merasa.

Aku masuk pelan, melepas sepatu di teras. Rumahnya hangat—bukan karena suhu, tapi karena aroma rempah dari dapur, cahaya kuning yang menenangkan, dan… cara Rita menatapku.

Dia mengenakan daster batik sederhana, rambut digelung asal. Tapi aura dewasanya tetap terpancar, tak bisa disembunyikan.

> "Duduk. Aku ambilin wedang dulu."

Aku duduk di sofa kecil ruang tengah. Tak banyak hiasan di rumah ini, tapi semuanya terasa tertata, bersih, dan berkarakter.

Rita datang dengan dua gelas. Tangannya hangat saat menyerahkan gelas padaku.

> "Terima kasih, Bu."

> "Kalau kamu masih manggil aku 'Bu', aku bisa lupakan kamu cowok yang semalam bikin deg-degan."

Aku tersedak sedikit. Rita tertawa kecil.

> "Tenang aja. Aku cuma bercanda… dikit."

Aku hanya tersenyum, walau jantungku berdetak tak santai.

---

[SISTEM: KEDALAMAN EMOSI TARGET = STABIL]

> Aktivasi skill dapat dilakukan tanpa risiko emosi negatif.

# Gunakan skill secara bertahap untuk efek maksimal.

---

> "Kamu... baik-baik aja setelah kemarin?" tanya Rita sambil duduk di sampingku.

> "Gak tahu, Bu. Rasanya... kayak dihancurin tanpa sempat nyiapin perisai."

Rita menatapku lama. Lalu tiba-tiba menyentuh punggung tanganku.

> "Tapi kamu kuat. Kalau nggak, kamu gak akan datang ke sini."

Aku balas menatapnya. Kali ini mataku menyala... karena sebuah sistem, dan karena sesuatu yang nyata.

---

# [AKTIVASI: SKILL 'Tatapan Halus']

# Efek: Membuka lapisan emosi terdalam target dalam 30 detik kontak mata.

---

> "Bu... aku bisa tanya sesuatu?"

> "Tanya aja."

> "Pernah ngerasa... sendirian, padahal banyak orang di sekitar?"

> "Setiap hari," jawabnya tanpa jeda. "Dan kamu?"

> "Sejak kecil."

Rita menghela napas pelan, lalu menyandarkan tubuhnya sedikit lebih dekat. Bahunya kini menyentuh lenganku.

> "Mungkin itu kenapa... aku ngerasa tenang deket kamu."

---

# [AKTIVASI: SKILL 'Sentuhan']

# Efek: Menyalurkan rasa nyaman dan ketertarikan fisik secara bertahap.

---

Aku tak menjawab. Hanya membiarkan bahu kami bersentuhan lebih lama, membiarkan tubuh ini belajar… bahwa kehangatan seperti ini nyata.

> "Raksa," bisiknya. "Kamu gak harus kuat di depanku."

> "Saya... gak tahu harus bersikap kayak gimana."

> "Kalau gak tahu… cukup jadi kamu. Dan aku akan... menerima itu."

---

# [SISTEM: TARGET EMOSI BERGESER → KETERTARIKAN MENDALAM]

# Peluang pujian emosional: 82%

# Rekomendasi: Lanjutkan ke interaksi emosional lebih dalam.

---

Kupandangi wajahnya. Tidak ada topeng di sana. Tidak seperti Feby, yang selalu menyembunyikan belati di balik senyum. Rita… terlihat lelah, tapi menerima. Sunyi, tapi tulus.

Dan untuk pertama kalinya, aku merasa: mungkin aku tak harus menaklukkan semua wanita untuk merasa utuh. Mungkin... cukup satu yang benar-benar melihatku.

---

Wedang jahe di meja tinggal setengah. Tapi suhu tubuh kami meningkat pelan-pelan.

Rita menyandarkan kepala ke pundakku, tanpa kata. Waktu terasa berjalan lebih lambat saat keheningan justru menghangatkan.

Aku menoleh. Rambutnya wangi. Napasnya tenang. Dan jarak wajah kami… tak lagi aman.

> "Bu Rita…" bisikku.

> "Jangan panggil aku 'Bu', Raksa."

Tangannya menyentuh dadaku. Lalu menarik pelan kaosku ke arah wajahnya.

> "Kamu tahu apa yang paling aku benci dari jadi wanita dewasa?"

> "Apa?"

> "Harus pura-pura baik-baik saja, walau tubuh ini… udah lama sendiri."

Detik berikutnya, bibirnya menempel di bibirku. Lembut. Hangat. Lama.

---

# [AKTIVASI: SKILL "Sugesti Verbal" – PASIF ON]

# Efek: Kalimat MC setelah ini akan memiliki efek emosional menggugah hati target.

---

> "Kalau kamu butuh tempat berlindung... aku bisa jadi atapnya," kataku dalam bisikan yang hampir gemetar.

Dia membalas dengan ciuman yang lebih dalam. Tangannya melingkari leherku. Jari-jariku menyentuh pipinya, menelusuri kulit yang terasa nyata… dan membuat dunia di luar ruangan ini lenyap.

---

# [AKTIVASI: SKILL "Sentuhan" – Maksimal Efek]

# Target: Reaksi tubuh meningkat, kenyamanan dan ketergantungan emosional bertambah.

# Emosi Rita: Terbuka penuh.

---

Kami berpindah ke sofa panjang. Rita duduk di pangkuanku, tubuhnya melingkari leherku.

Ciuman kami tak lagi pelan. Nafasnya memburu. Tanganku menyentuh punggungnya, lalu turun ke pinggang. Dia tidak menolak—justru membimbingku.

> "Raksa... kamu yakin dengan ini?"

Aku hanya mengangguk. Tapi tubuhku… belum tentu setuju dengan pikiranku.

Tangannya mulai membuka kancing bajuku. Aku memejamkan mata. Nafasku tercekat. Jantungku hampir lepas.

Saat dia mulai menyentuhku lebih jauh… tubuhku menegang.

> "Ah…!"

Aku memeluknya terlalu kuat. Nafasku kacau. Dan... semuanya berhenti.

Rita terdiam. Bibirnya masih terbuka. Tapi matanya... membaca tubuhku.

> "Raksa?"

Aku menjauh pelan, tapi tak bisa menatapnya.

> "Maaf... aku..."

> "Kamu baru pertama kali ya?"

Aku menahan napas. Tidak menjawab.

> "Gak apa-apa, sayang."

Dia menyentuh pipiku dengan lembut, lalu mencium keningku.

---

# [SISTEM: PERCOBAAN PERTAMA MENGAKTIFKAN SKILL "Stamina"]

GAGAL !!!

# > Penyebab: Klimaks dini, hubungan belum tuntas

# > Solusi: Latih kontrol diri dan ulangi proses dengan persiapan mental yang lebih baik

# > Status: Skill terkunci hingga pengalaman berhasil dicapai

---

Aku menunduk.

> "Saya gak bermaksud bikin malu..."

> "Kamu gak bikin malu. Kamu bikin aku… merasa masih diinginkan."

Dia tersenyum. Tulus. Tidak mengejek. Tidak meremehkan.

Rita memelukku lagi, kali ini bukan karena nafsu. Tapi karena… kami sama-sama rusak.

> "Kalau kamu siap, aku masih di sini. Tapi jangan paksa dirimu jadi lelaki dewasa."

Mataku membelalak. Tapi dia hanya tertawa kecil.

> "Iya. Aku tahu kamu aneh. Dan mungkin... aku suka keanehan kamu itu."

---

# [SISTEM: BOND EMOSIONAL DENGAN RITA BERTAMBAH]

# > Status: Loyalitas meningkat – Risiko kehilangan target berkurang

# > Efek pasif: Peningkatan pengampunan jika gagal di misi selanjutnya

---

Aku hanya bisa tersenyum kaku… dan memeluknya lebih erat. Dalam hati, aku tahu: malam ini, aku gagal. Tapi aku juga… selamat dari jebakan ambisi.

---

.

---

Tak terasa malampun semakin larut

Aku duduk di kursi kayu, sementara Rita sibuk di dapur menyiapkan mie rebus dan telur dadar.

Kemejaku sudah kuganti dengan kaus pinjaman, yang sedikit kebesaran. Tapi malah bikin aku nyaman. Mungkin karena wangi sabun dari rumah ini… atau mungkin karena pemilik rumahnya.

> "Nih, makan dulu. Biar tenang pikirannya."

> "Makasih, Bu—eh, maksud saya... Rita."

Dia tersenyum. Manis. Lelah, tapi bahagia. Kami makan dalam diam sejenak, hanya suara sendok dan hirupan kuah mie yang mengisi ruang.

> "Raksa…"

> "Hmm?"

> "Kamu tahu gak, tadi siang aku sempat lihat cewek itu."

Aku berhenti mengunyah. Sendokku berhenti di udara.

> "Feby."

> "Ya. Namanya Feby, ya?" Suaranya tetap tenang, tapi matanya… tidak.

> "Dia bukan siapa-siapa," kataku. "Dulu dia ngerendahin aku, sekarang malah mainin aku."

> "Dan kamu biarin dia?"

> "Nggak. Makanya aku di sini."

---

# [SISTEM: INTERAKSI EMOSIONAL DIPERKUAT]

# Status: Rita → Protektif, Terikat Emosi

# Efek: Loyalitas +10%

---

> "Aku bukan anak kecil, Raksa," kata Rita sambil menyeruput kuah. "Tapi kalau ada yang main-mainin kamu... aku gak bakal diem."

Aku menatapnya. Lama.

> "Kamu marah?"

> "Sedikit. Tapi lebih ke... kecewa. Kamu terlalu baik buat dijadikan mainan."

> "Saya juga gak mau jadi mainan siapa-siapa."

> "Bagus. Karena kalau kamu bener-bener serius... aku gak akan ragu jadi tempat pulangmu."

Detik itu juga, sesuatu menghangat di dalam dadaku. Rasanya bukan sistem. Bukan misi. Tapi rasa yang nyata.

---

# [SISTEM: TARGET MENUNJUKKAN KESIAPAN EMOSIONAL]

# > Status: Potensi hubungan jangka panjang meningkat

# > Efek pasif: Skill selanjutnya lebih mudah dibuka jika dengan target ini

---

Kami selesai makan. Tapi tak ada yang berdiri. Justru, Rita bangkit, meraih tanganku, dan menarikku perlahan ke ruang tengah lagi.

> "Boleh aku minta satu hal?"

> "Apa?"

Dia memelukku dari depan. Erat. Lalu mengecup bibirku singkat. Tidak panas. Tidak penuh gairah. Tapi dalam. Penuh perasaan.

> "Jangan berubah jadi laki-laki yang dingin cuma karena banyak cewek datang."

> "Kalau aku berubah… tolong tarik aku balik."

Dia mengangguk.

> "Kamu masih muda, Raksa. Tapi hati kamu... nggak kosong."

---

# [SISTEM: TARGET RITA MENCAPAI KONDISI "TERIKAT EMOSI"]

# > Efek: Peningkatan perlindungan emosional otomatis.

# > Bonus: Misi selanjutnya dengan Rita → Kes

ulitan berkurang 30%.

---

Kami duduk berdua di lantai ruang tengah. Lampu sudah diredupkan. Aku bersandar di bahunya, dan dia memainkan rambutku seperti seorang kekasih yang tak ingin aku pergi.

> "Hari ini gila, ya," gumamku.

> "Tapi kamu nggak sendirian."

> "Dan kamu nggak harus pura-pura kuat lagi Raksa."

Aku siap membatumu jadi penakluk wanita, 

> "Mulai sekarang... aku tahu di mana aku harus pulang."

---

More Chapters