"Haaa... WaterBridge! "
Roro berhasil membuat jembatan yang terbuat dari air laut dalam sekejap, dengan menggunakan sihirnya. Air laut yang deras itu, berkumpul menjadi satu membentuk jembatan dengan bebatuan yang mengambang diatasnya. Bebatuan itu membuat kami terbantu untuk menyebrangi jembatannya.
"Luar biasa, kau hebat Roro." Bima takjub melihat kemampuan sihir Roro.
"Untuk seorang Mage yang baru pertama kali menggunakan sihir, kau sudah sangat hebat. Apalagi setiap mantra sihir yang di rapalkan tidak semua players Mage mampu menggunakannya saat pertama kali mencoba." Yusa memuji Roro.
"Terimakasih. Ini semua berkat Sponsor ku, dia memberitahuku mantra sihirnya."
"Apa kau bisa menggunakan sihir dengan elemen lain selain air, Roro?"
"Entahlah, Jay. Tapi, sepertinya elemen sihirku hanya air. Kurasa aku tidak bisa menggunakan elemen sihir jenis lainnya."
"Begitu ya, itu sudah sangat hebat. Kau mungkin akan menjadi seorang Mage dengan sihir air yang sangat kuat."
Sihir merupakan kemampuan khusus yang dimiliki setiap players. Walau begitu, kemampuan sihir akan lebih kuat jika players itu memiliki Job Mage. Players dengan Job Mage memiliki kapasitas mana yang lebih besar dibandingkan players dengan job lainnya. Itu arena kemampuan utama dari Job Mage adalah kemampuan sihirnya.
Sihir juga memiliki beberapa elemen dasar yang dimiliki oleh setiap players seperti elemen Api, Air, Tanah, Angin, dan petir. Selain itu, ada dua elemen sihir langka yang jarang dimiliki oleh players yaitu elemen Cahaya dan elemen Kegelapan.
Kami semua senang, karena masalah yang kami hadapi sebelumnya sudah selesai berkat bantuan dari Roro. Kami tidak menyangka Roro akan sangat membantu kami dengan kemampuan sihirnya yang hebat.
Di tengah kegembiraan, Roro tiba-tiba lemas dan jatuh pingsan. Ini merupakan resiko dari penggunaan sihir yang cukup kuat. Hal itu disebabkan karena Roro memakai sihir yang menguras Mana Pointnya, sehingga tubuhnya lemas tak bertenaga karena kehabisan energi.
Dubrak.... (Roro Jatuh).
"Roro..." Semua panik melihat Roro pingsan.
"Kau tidak apa?" Aku mencoba membantunya.
"Maaf teman-teman, tiba-tiba badanku lemas."
"Sepertinya sihir yang kau gunakan tadi terlalu banyak menggunakan mana. Sebaiknya kau istirahat saja dulu." Yusa memberitahu resiko dari sihir yang digunakan Roro.
"Kau benar Yusa, ayo kita bawa Roro kemobil. Biarkan dia istirahat."
"Naiklah kepunggungku Roro, aku akan menggendongmu sampai kemobil." Bima menggendong Roro dan membawanya kemobil.
"Maaf merepotkanmu, Bima."
"Tidak masalah, anggap saja ini rasa terimakasihku karena kau telah membuat jembatan ini."
Bima menggendong Roro yang lemas karena penggunaan mana yang berlebihan. Dia membantu Roro menaiki mobil. Kami membiarkan Roro beristirahat dan kami semua melanjutkan perjalanan.
"Baiklah, Ayo kita lanjutkan perjalannya."
"Yaaa..."
Setelah kami semua menaiki mobil, Bima menyalakan mobil itu untuk berangkat. Kami harap tidak ada kendala lagi dijalan, sudah cukup dengan jembatan ini saja.
"Hei, Bima. Berapa lama lagi kita sampai di kota Yogya?" Aku bertanya berapa lama lagi sampai ke Yogya.
"Sebentar lagi kita sampai. Jika tidak ada kendala lagi, mungkin sekitar 2 jam kita sudah memasuki kota."
"Baiklah kalau begitu."
"Bima, boleh kutanya sesuatu?" Arya yang biasanya diam, dia bertanya sesuatu pada Bima.
"Tentu saja Arya, apapun itu. Aku akan menjawabnya sebisaku. Hahaha..."
"Kita menaiki mobil ini dari Jakarta sampai hari ini mendekati kota Yogya, apa bensin atau bahan bakarnya masih ada?" Tanya Arya pada Bima.
"????" Bima terdiam kebingungan.
"Kau benar! Kenapa aku sampai lupa?! Akhh, kita harus cari pombensin dulu sebelum kehabisan bensin." Bima panik setelah melihat jarum indikator mobil hampir menunjuk huruf E.
"Memangnya berapa lama lagi mobil ini bisa berjalan?" Tanya Loka.
"Entahlah, kak. Tapi, mungkin tidak lebih dari 1 Km lagi. Kita harus cepat mencari bahan bakar untuk mobil ini. Jika tidak, kita tidak bisa melanjutkan perjalanannya!" Bima sangat gelisah.
Kami sedikit panik karena ternyata mobil yang kami kendarai ini belum di isi bahan bakar. Sepanjang perjalanan kami menengok kanan dan kiri, berharap ada pom bensin yang masih tersisa.
"Hei itu disana, sepertinya itu pom bensin." Loka melihat ada pom bensin didepan jalan sana.
"Benarkah? Dimana, kak?"
"Didepan sana, Bima." Loka menunjukkan pom bensin itu pada Bima.
"Baiklah ayo kesana."
Bima melaju dengan cepat menuju pom bensin yang ditunjukkan oleh Loka. Namun, sesampainya disana ternyata...
"Pom ini sudah hancur dan tidak bisa digunakan lagi." Arya memegang bagian selang tempat pengisian bensin yang sudah hancur.
"Tidaaakkkk...." Bima kecewa setelah melihat pom bensin yang hancur ini.
"Mau bagaimana lagi, kita kurang beruntung." Loka mencoba menenangkan Bima.
"Baiklah, ayo cari lagi. Mungkin masih ada pom bensin yang tersisa didekat sini."
Kami melanjutkan kembali pencarian bahan bakar untuk mobil ini. Setelah lama mencari, pada akhirnya kami tidak menemukan satupun pom bensin. Setelah lama berjalan dengan sisa bahan bakar yang ada, akhirnya mobil kami berhenti karena kehabisan bensin.
"Bagus, sekarang mobil ini benar-benar mati. Maaf kan aku teman-teman." Bima merasa bersalah karena lupa membawa bahan bakar di pos sebelumnya.
"Kau tidak perlu meminta maaf, Bima. Ayo teman-teman, kita berhenti disini." Loka mengajak kami turun dari mobil.
"Dimana kita bisa mendapatkan bensinnya, ya?" Bima kebingungan mencari bahan bakar untuk mobil kami.
"Semua pom bensin yang kita lewati sudah hancur. Saat kita periksa pun tidak ada bensin sedikitpun yang ada di mesinnya."
"Kau benar Yusa, walaupun tempat pengisiannya hancur. Tapi, seharusnya didalam mesin itu masih tersimpan bensin. Aku bingung kemana hilangnya bensin-bensin itu?"
Aku berfikir harusnya masih ada bensin atau bahan bakar yang tersisa didalam tempat pengisian yang sudah hancur itu. Tapi, saat kami periksa tidak ada sedikitpun bensin didalam sana.
"Apa kita mau berpencar? Siapa tahu, kita menemukan sesuatu yang bisa kita gunakan sebagai bahan bakar." Aku mengajak semuanya berpencar mencari sesuatu.
"Boleh saja, tapi jangan pergi terlalu jauh. Kalian para pria silahkan pergi berkeliling. Aku di sini akan menjaga Roro."
"Loka benar. Dia akan tetap disini menjaga Roro. Baiklah, ayo pergi."
"Ayo..."
Aku, Bima, Arya, dan Yusa pergi berkeliling mencari bensin untuk bahan bakar mobil kami. Sementara itu, Loka menjaga Roro yang masih kelelahan. Aku mencari ke arah utara, namun disini tidak ada apa-apa selain bangunan yang hancur. Aku terus berusaha mencari, tetap saja belum ada hasil yang aku dapatkan.
30 menit berlalu, akhirnya aku kembali. Teman-teman yang lain juga sudah ada didekat mobil. Sama sepertiku, mereka kembali tanpa mendapatkan hasil apapun. Kami berfikir, bagaimana caranya agar bisa sampai ke tujuan tanpa mengendarai mobil? Karena kami sudah hampir sampai ke kota Yogya. Jika kami putus asa hanya karena kehabisan bensin, maka perjalanan kami selama ini akan sia-sia.
Setelah lama berpikir akhirnya kami memutuskan untuk bermalam ditempat ini karena hari sudah mulai gelap. Kami mengumpulkan beberapa ranting kering untuk membuat api unggun.
"Bagaimana kita bisa sampai ke Yogya jika keadaan kita tetap seperti ini? Yang terpenting, kapan kita bisa sampai di Trowulan?" Arya sedikit kesal karena keadaan ini.
"Sabar saja, Arya. Nanti juga pasti akan ada jalannya." Aku mencoba menenangkan Arya.
"Tapi apa solusi nya? Mencari bensin saja kita kesulitan."
"Pilihan terbaik kita untuk melanjutkan perjalanan ini yaitu dengan berjalan kaki. Jika mobil itu masih tidak bisa berjalan."
"Itu akan memakan banyak waktu lagi. Selain itu, kita juga hampir kehabisan bekal. Masalah silih berganti setiap saatnya."
Ditengah perdebatan kami mencari solusi untuk masalah ini. Loka yang sebelumnya berdiam diri saja dimobil bersama Roro, yang aku pikir dia kelelahan juga, ternyata dia sedang memikirkan sesuatu. Loka memberitahu kami apa yang sedang dia pikirkan.
"Hei teman-teman, apa menurut kalian E-Commerce menyediakan semua barang yang kita butuhkan?" Tanya Loka dengan wajah serius pada kami.
"Tentu saja, di E-Commerce banyak barang yang dijual dan yang kita butuhkan. Tapi, apa kau yakin kak ada E-Commerce yang masih beroperasi?" Bima balik bertanya pada Loka.
"Kalau begitu mari kita cek bersama. OPEN STORE!"
Loka membuka Jendela Storenya. Tempat dimana semua Item dijual. Selain menjual Item, kita juga bisa membeli Item yang kita butuhkan.
Aku baru ingat, tidak hanya Item yang keluar dari monster saja yang bisa dijual atau dibeli disini. Tapi, semua barang yang kita miliki juga bisa kita jual di Store. Kenapa aku melupakan hal penting seperti itu? Aku berharap ada yang menjual bensin diStore ini.
"Kau benar Loka, kenapa kita tidak cek Store sebelumnya? Ahhh, aku benar-benar lupa." Aku menyesal melupakannya.
"Baiklah, mari kita lihat ada apa saja di sini. Material, Potion, Aksesoris, Zirah, Equipment, dimana ya? Terlalu banyak Item yang dijual disini."
"Coba ketik di kolom pencarian, Loka. Di sebelah kanan atas."
"Kau benar Jay, ada tombol pencarian nya. Sebentar aku ketik dulu, B e n s i n search. Sudah muncul, ternyata ada teman-teman." Loka senang, melihat ada bensin yang dijual di sini.
"Bagus sekali, kak. Akhirnya!" Bima sangat senang.
"Kita mau beli berapa?"
"Berapa harganya, Loka?"
"20 koin emas satu jeligen. Bagaimana jika beli 2? Apa cukup?"
"Cukup kak. Tapi, aku masih bingung. Bagaimana kita mendapatkan barangnya?"
"Entahlah Bima, biar kucoba dulu. Oke ini pilih, klik beli, Selesai. Aku rasa tinggal kita tunggu."
Sringgg... (Kilauan sihir muncul didepan kami)
"Ini dia barangnya, ternyata barangnya langsung dikirim, lihat ini!"
"Gila canggih benar, bahkan kau tidak perlu bayar ongkir kak. Hahaha..."
"Ini bensinnya Bima, ambilah. Masing-masing dari kalian berhutang 5 koin emas padaku."
"Dari mana kau mendapatkan koin sebanyak itu?" Yusa penasaran dengan Loka yang memiliki cukup banyak koin.
"Item yang kujual sebelumnya sudah laku terjual. Sekarang aku memiliki cukup banyak koin."
"Kalau begitu aku juga harus cek Itemku." Aku mengecek Item yang aku jual sebelumnya.
"Begitu, ya. Aku juga akan mengecek barangku." Yusa juga mengecek Item yang dia jual.
"Yuhuu, terjual semua. Sekarang, aku akan menabung untuk membeli baju zirah yang keren. Hahaha..." Bima senang karena semua Itemnya terjual habis.
Loka membeli bensin di Store yang disediakan oleh system. Awalnya kukira Store hanya menjual barang-barang hasil mengalahkan monster dan peralatan untuk bertarung saja. Ternyata, kenyataannya berbeda. Hampir semua barang bisa dijual disini.
Selain bahan bakar, makanan, minuman, perabotan rumah, bahkan rumah juga terjual disini tentu saja dengan harga yang fantastis. Semua barang-barang dan perlengkapan itu merupakan hasil dari Job Class Production yang membuat barang-barang jadi dari Item mentah yang sudah di olah.
Selain barang-barang yang dibuat oleh Class Production, Job Class umum juga dapat menjual bahan ataupun barang yang berasal dari alam seperti bahan bakar kendaraan atau bensin. Ini cukup membantu karena di tengah krisis ini masih ada beberapa sumber daya alam yang masih bisa digunakan dan dijual di Store. Hasilnya, kita mendapatkan koin untuk bertahan hidup.
Loka memberikan bensinnya pada Bima, kemudian Bima memasukan bensin itu kedalam tanki mobil, aku membantu Bima memasukan bensinnya. Setelah selesai, kami kembali ke tempat teman-teman yang berada disamping api unggun. Teman-temanku yang lain sudah mulai tertidur, aku melihat wajah yang lelah dari mereka semua. Aku juga kemudian beristirahat di dekat api unggun.
"Kau tidak tidur, Bima? Apa yang sedang kau lakukan?" Aku bertanya pada Bima yang sedang melihat zirah yang dijual di Store.
"Aku sedang melihat-lihat baju zirah dan peralatan tempur untuk aku beli nanti. Lihatlah harga yang fantastis ini."
"Untuk apa kau membeli baju zirah?"
"Aku ingin memadukannya dengan senjata Pusaka milikku."
Bima benar, zirah, equipment dan potion sangat membantu dalam pertempuran. Apalagi kedepannya kita tidak tahu sekuat apa monster yang akan kita hadapi. Aku juga harus mengumpulkan koin untuk membeli peralatan itu.
"Hei, Jay. Apa kau tahu senjata dan zirah dengan grade S dan SS ini? Bukan kah ini Item yang sangat langka?"
"Ya, Bima. Setahuku grade SS itu merupakan grade paling tinggi. Kualitas yang didapatkannya pasti sangat bagus. Tapi, siapa yang bisa membuat Item sebagus itu?"
"Di sini tertulis, di buat oleh Inkarnasi Hephaestus."
.
.
.
To be continued