"Apa! Hephaestus? (Dalam hati) Jadi ini sponsor tingkat Myth (Mitos), tidak kusangka perbedaan kekuatannya sangat jauh. Seorang Blacksmith normalnya belum mampu membuat senjata grade S apalagi SS. Tapi, players ini, dia mampu membuat senjata dengan tingkat itu. Jika Hephaestus membuat kontrak sponsor, itu berarti..."
"Jay, bukankah Hephaestus itu salah satu dari dua belas Dewa Olimpus?"
"Benar sekali, Bima. Hephaestus adalah Dewa pandai besi. Di mitologinya, Hephaestus sering membuat senjata dan peralatan perang untuk digunakan Dewa Dewi Olympus. Itu artinya dia salah satu Dewa yang kuat."
"Begitu, ya. Pantas saja senjata-senjata ini memiliki grade tinggi, ternyata Sponsor Player yang membuatnya seorang Dewa."
"Hei, kalian belum tidur? Hwaa..." Loka menguap.
Saat aku dan Bima berbincang, Loka terbangun karena mendengar suara kami.
"Tidurlah, besok kita berangkat. Jaga kondisi tubuh kalian."
"Baiklah, Loka. Kami akan tidur sekarang."
"Iya, kak."
"Selamat malam."
"Selamat malam."
Kami semua tidur untuk menjaga kondisi tubuh kami agar tidak kelelahan, karena besok pagi kami akan berangkat menuju kota Yogya, tempat yang sangat nyaman untuk berlibur dan melepaskan penat.
Pagi Hari, kemudian....
"Hwaa...." Bima bangun, tapi dia masih menguap.
"Ayo bangun, semuanya. Bangun, bangun..." Loka sangat ceria, dia membangunkan kami semua.
"Kau bersemangat sekali pagi ini, kak."
"Hahaha, tentu saja. Aku sudah tidak sabar berenang di pantai."
"Kita sampai ke sana sekitar satu sampai dua jam lagi. Kenapa kau buru-buru sekali."
"Makanya, ayo bangun! Kau semalam begadang dengan Jay, karena itu sekarang kau masih menguap. Cepatlah bersiap-siap, Bima."
"Baiklah, kak. Tunggu sebentar, aku siap-siap dulu."
Setelah pagi datang, kami mempersiapkan diri untuk pergi hari ini menuju rumah Roro di Parangtritis, Yogya. Sebelum pergi, kami sarapan terlebih dahulu. Waktu untuk sampai ke rumah Roro sudah dekat, kami sedikit santai sebelum melanjutkan kembali perjalanan. Walau sebenarnya, Loka sangat ingin cepat sampai disana.
Saat teman-teman sedang makan, aku melihat Arya yang sedang menyendiri. Dia terlihat sedang memandangi sesuatu. Aku jadi kepikiran karena akhir-akhir ini, Arya tidak banyak bicara. Aku menghampiri nya sambil membawakan makanan dan minuman untuknya.
"Ini, Arya. Ambillah. Kau belum makan dari kemarin."
Arya mengambil roti dan air yang kuberikan padanya.
"Akhir-akhir ini kau tidak banyak bicara. Apa ada yang kau khawatir kan?"
"Tidak ada, aku hanya sedikit kelelahan."
"Jika ada masalah katakan saja. Kau ingat kan, saat aku bekerja denganmu? Saat itu, kau menjadi bos yang menyebalkan. Tapi, kau selalu mengingatkan bawahanmu jika ada masalah kami harus memberitahukannya padamu."
"...." Arya diam dan mendengarkan.
"Kau tahu, dari dulu aku selalu iri padamu. Di umurmu yang terbilang masih muda, kau sudah menjadi manajer diperusahaan besar. Padahal umur kita berdua tidak berbeda jauh."
"Keberuntungan seseorang, terkadang membuat orang lain merasa iri."
"Hahaha, kau benar. Ya, walaupun sekarang kau bukan lagi seorang manajer, tetap saja aku masih iri padamu. Kau kuat! Lebih kuat dariku dan yang lainnya. Kau sendiri tahu itukan?"
"Mungkin saja, itu karena dulu aku rutin ikut pelatihan silat. Makanya aku cukup terampil dalam bertarung."
"Pantas saja kau hebat. Lalu, darimana kau mendapatkan pedang hitammu itu?"
"...." Arya kembali diam tak berbicara.
"Oi, Jay, Arya! Ayo kita berangkat." Bima berteriak sangat kencang pada kami.
"Baiklah, tunggu kami!"
Aku sangat penasaran pada pedang hitam yang selalu Arya bawa. Mungkin, aku juga sangat ingin tahu tentang Arya lebih jauh lagi. Itu karena, jika dia memang seorang players seperti kami, harusnya senjata pusaka yang dia gunakan akan menghilang jika tidak digunakan. Namun, pedang hitam itu seakan-akan selalu menempel padanya, dia selalu membawa pedang hitam itu kemanapun dia pergi. Apalagi, pedang hitam itu sudah ada padanya sejak pertama kali gate pertama muncul. Dimana para players belum mampu mengeluarkan senjata pusakanya.
Aku bisa saja menggunakan Skill Jangka Jayabayaku untuk melihat status lengkap miliknya. Jika bukan karena Cooldown skill ini yang terlalu lama, aku pasti sudah melihat statusnya itu. Tapi, kurasa suatu saat dia akan memberitahu kami semua tentang siapa dirinya.
Kami semua melanjutkan kembali perjalanan menuju rumah Roro. Setelah mobil yang kami gunakan terisi bensin dan tidak ada lagi kendala. Ya, setidaknya untuk saat ini.
Perjalanan menuju kota Yogya...
"Bersiaplah, kawan. Didepan, kota Yogya sudah menanti kita." Bima memberitahu kami.
"Akhirnya, sampai juga di Yogya."
Setelah perjalanan panjang yang melelahkan ini, akhirnya kami sampai di kota Yogya. Tapi, setibanya kami dikota ini, ternyata kondisi disini sedang tidak baik.
"Ohh, tidak. Kondisi kota ini sama seperti kota-kota yang kita lewati saat diperjalanan."
"Kau benar, Bima. Mau bagaimana lagi, bencana ini memang menghancurkan segalanya."
"Aku tidak menyangka, kota seindah ini harus mengalami kerusakan parah seperti ini. Sama seperti halnya kota Jakarta dan kota-kota lainnya."
"Banar."
Saat sampai di kota Yogya, kondisi di kota ini sama halnya dengan kota Jakarta dan kota-kota lainnya. Banyak bangunan yang rusak, kendaraan yang hancur, dan beberapa tempat berdebu karena ditinggalkan.
"Hei, Roro. Rumahmu didekat daerah parangtritis kan?"
"Iya benar Bima."
"Baiklah, sebentar lagi kita sampai dirumah Roro. Bersabarlah sebentar, teman-teman!"
Setelah sampai di kota Yogya, tujuan kami selanjutnya adalah ke rumah Roro. Roro memberi tahu Bima dimana rumahnya berada. Bima yang sudah sering berpergian, merasa mudah menemukan lokasi rumah Roro. Bukan hal sulit bagi Bima, saat Roro memberitahunya sekali, dia sudah hapal harus mengambil jalan yang mana.
Tidak lama setelah melewati kota Yogya, akhirnya kami sampai didaerah Parangtritis, lokasi rumah Roro. Kami turun dari mobil dan menurunkan semua barang bawaan kami.
"Baiklah, semuanya. Kita sudah sampai."
"Fyuhhh... Akhirnya sampai juga."
"Yeahh, akhirnya kita sampai." Loka sangat senang karena sudah sampai dirumah Roro.
"Silahkan turun semuanya, jangan lupa bawa barang-barang kalian. Aku mau memarkirkan mobilnya."
"Perjalanan panjang ini, akhirnya berakhir juga. Saatnya bersantai!"
"Ayo, teman-teman silahkan masuk."
Setelah berhasil sampai dirumah Roro. Kami turun dan membawa barang-barang yang kami bawa. Roro mempersilahkan kami masuk kerumahnya. Kami membawa barang-barang bawaan kami masuk kedalam rumah Roro dan beristirahat sejenak.
"Berbeda saat dikota. Ternyata, di sini tidak begitu parah bangunan yang rusaknya. Bahkan rumahmu keliatannya masih kokoh Roro."
"Benar juga Jay, aku tidak tahu apa yang sudah terjadi disekitar tempat ini. Tapi, syukurlah rumahku tidak begitu rusak, kita bisa bermalam disini. Sebentar ya aku bersihkan dulu."
"Aku akan membantu, Roro."
"Terimakasih, kak Loka."
"Aku juga ingin membantu."
"Aku istirahat saja di sini."
Roro, Loka dan Yusa membersihkan rumah Roro. Sementara itu, aku dan Bima duduk didekat ruang tamu setelah menurunkan barang bawaan kami.
"Dari kemarin sepertinya belum ada Quest lagi ya? Apa monster-monster itu sedang berlibur juga? Hahaha..."
"Benar juga, Bima. Kita belum mendapatkan lagi Quest. Syukurlah, kita bisa liburan dengan tenang disini."
"Padahal aku ingin mencoba kekuatan baruku dan juga senjata pusaka yang baru aku dapatkan. Akan ku hajar semua monster-monster itu. Hahaha..."
"Jika lawanmu Boss Monster seperti Wandering, memangnya kau mampu mengalahkannya seorang diri? Saat melawan Wandering kau bahkan babak belur dibuatnya."
"Hahaha... Jika lawannya Boss Monster lagi, tentu saja aku membutuhkan kekuatan kalian juga untuk bekerja sama. Tapi, setidaknya sekarang ini kita menjadi lebih kuat. Mungkin saja saat berhadapan dengan Boss Monster kembali, aku tidak akan terluka parah lagi."
Aku dan Bima mengobrol diruang tamu. Tiba-tiba, Loka datang menyuruh Bima mengambilkan makanan yang dia tinggalkan dimobil.
"Oh ya, Bima. Dimana Arya? Bukankah tadi dia membantu kita mengangkat barang?"
"Arya sepertinya masih diluar, Jay. Tadi, setelah membawa barang kedalam, dia kembali lagi ke mobil. Katanya ada yang ketinggalan."
"Bima, bisa tolong ambilkan makanan yang masih ada dimobil? Aku lupa membawanya."
"Heee, kenapa tidak kau bawa saat turun tadi, kak?"
"Aku lupa, cepatlah."
"Baik, aku ambilkan."
"Tunggu Bima, biar aku saja."
"Kau yakin Jay?"
"Tidak masalah, sekalian aku mau mengajak Arya."
"Baiklah, terimakasih Jay."
Aku keluar mengambil makanan Loka yang ketinggalan. Diluar rumah, aku melihat Arya yang sedang berada didekat mobil. Aku mengambil makanan itu dan mengajaknya bicara.
"Kau tidak masuk, Arya?"
"Tidak, terimakasih."
"Ayolah, yang lain sedang menunggumu didalam."
"Aku yakin mereka tidak masalah kalau aku berdiam disini."
"Baiklah, terserah kau saja. Aku masuk dulu. Kau mau makanan ini?"
"Tidak, aku tidak lapar."
"Baiklah."
Setalah mengambil makanan, aku kembali menemui meraka di dalam rumah. Aku memberikan sekantung makanan itu pada Loka.
"Hei, Loka. Mau disimpan dimana makanan ini?"
"Simpan saja di situ Jay. Terimakasih, sudah membawanya."
"Baiklah, aku simpan disini."
"Kau tidak mengajak Arya kedalam, Jay?"
"Dia tidak ingin masuk, Bima. Biarkan saja dulu dia seperti itu. Nanti juga masuk sendiri."
"Kau yakin dia tidak ada masalah?"
"Pengalamanku saat bekerja dengannya, saat dia menyendiri seperti itu bisanya dia sedang memikirkan sesuatu. Sifatnya memang dingin, namun dia peduli dengan orang-orang disekitarnya. Jadi biarkan saja dulu."
"Baiklah, jika begitu menurutmu."
"Akhirnya, beres juga."
"Terimakasih bantuannya kak Loka, Yusa."
"Sama-sama, Roro."
"Kak, bukankah kau bilang ingin berenang dipantai?"
"Nanti saja sore, Sekarang masih panas."
"Baiklah, aku dan Jay juga akan berenang sore nanti. Kau juga ikut kan Yusa?"
"Tentu saja. Tapi, apa kalian punya pakaian dalam untuk ganti?"
"..." Aku dan Bima lupa soal pakaian dalam.
"Ohh sial. Aku lupa soal itu!"
"Hahaha... Aku juga lupa, Jay."
"Kak Loka, ini pakaian mu aku simpan di kamarku ya, untuk nanti ganti."
"Baiklah, terimakasih Roro."
Suasana dirumah ini sangat hangat dan nyaman, entah kapan terakhir kali kami merasakan susana seperti ini, tanpa ada beban dan tekanan yang kami tanggung. Ini merupakan hal baik untuk kami sejenak beristirahat dan melupakan semua kejadian buruk yang sudah kami lalui.
Sore hari...
"Sekarang lebih sejuk, ditambah lagi angin sepoi-sepoi ini."
"Kakak.. Aku, Jay dan Yusa mau pergi berkeliling sebentar. Jangan mencari kami."
"Baik, pergilah. Apa kau tidak mengajak Arya?"
"Kami akan mengajaknya, baiklah aku pergi dulu. Dadah semuanya."
Aku, Bima, dan Yusa berencana pergi berkeliling sekitar sini untuk mencari sesuatu. Kami bertiga sebenarnya berusaha mencari pakaian ganti, karena selama beberapa hari ini kami tidak pernah mandi dan juga ganti pakaian.
Setelah sampai di pantai, tentu saja kami semua tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berenang, dan membasahi semua tubuh kami dengan air laut.
Sebelum kami pergi, kami bertiga mengajak Arya sekalian mencari pakaian ganti untuknya. Arya masih duduk didekat mobil.
"Arya, ayo ikut kami."
"Kemana?"
"Ayolah, Arya. Ikut saja. Kami akan mencarikanmu sesuatu." Bima menarik Arya.
"Baiklah. Tapi, berhenti menarikku, Bima."
"Hahaha, baiklah."
"Kalian memangnya mau kemana?"
"Kami mau mencari pakaian baru untuk ganti."
"Kau juga pasti butuh baju ganti kan? Ikut saja dengan kami."
"Kenapa kalian tidak membelinya diStore? Bukankah lebih gampang?"
"Begini, Arya. Aku tahu dari Jay, sebelumnya kau seorang manajer. Kau pasti punya penghasilan yang besar kan? Kau mungkin tidak tahu arti dari kata 'Menghemat' nah, itu yang sekarang sedang kami lakukan."
"Bima, benar. Alasan kami mencari toko pakaian disekitar sini adalah untuk menghemat koin emas. Siapa tahu disekitar sini ada toko pakaian yang sudah lama ditinggalkan. Kita bisa mengambil pakaian itu dengan gratis, aku menyebutnya Looting."
"Hahaha, itu benar Jay."
Kami berempat, berjalan mencari toko pakaian itu. Kami sebenarnya tidak tahu, apakah ada toko pakaian disekitar sini. Sebelumnya, kami memang sengaja tidak memberi tahu Loka dan Roro karena aku rasa ini sedikit privasi untuk kami sebagai lelaki.
.
.
.
To be Continued