Cherreads

Chapter 9 - BAB 08 - Sihir & Senjata Pusaka (Part 2)

Saat kami sedang menjual Item yang sudah dikumpulkan, seorang pria berkacamata datang menghampiri kami seorang diri. Pria itu meminta pada kami agar diijinkan ikut menaiki mobil yang kami tumpangi.

"Kemana tujuanmu tuan?" Bima bertanya pada pria itu.

"Aku ingin pergi ke Trowulan." Jawab sang pria.

"Sepertinya kita satu tujuan, kebetulan kami juga akan pergi ke Trowulan."

"Itu bagus. Jadi bagaimana? Apa aku boleh ikut bersama kalian? Tidak banyak kendaraan yang lewat disini." Pria berkacamata itu memohon pada kami.

"Tentu saja kau boleh ikut bersama kami. Dengan senang hati kami membantumu." Aku mengijinkannya ikut bersama kami.

"Terimakasih banyak." Pria berkacamata itu senang.

"Jadi, apa kita akan pergi sekarang?"

"Tunggu sebentar Bima, aku ingin ke toilet dulu." Karena sudah tidak tahan, aku pergi ke toilet sebelum kami melanjutkan perjalanannya.

"Baiklah, Hati-hati Jay."

Aku pergi meninggalkan teman-temanku, mencari tempat untuk aku buang air kecil. Aku pergi ke sebuah hutan yang tidak jauh dari tempat kami parkir. Hutan itu cukup luas, aku pun tidak berani pergi terlalu dalam dari hutan itu. Didalam hutan, aku mencium bau darah yang sepertinya bekas pertempuran players dan juga monster. Itu karena ada beberapa pohon yang tumbang, hancur serta ada beberapa bekas cakaran dan bekas senjata tajam yang membekas di batang pohon.

"Huff, akhirnya lega juga. Ah jika dipikir-pikir lagi, pria yang tadi menghampiri kami juga datang dari arah sini kan? Kurasa dia menjalankan Questnya di sekitar sini. Tapi, apa dia berhasil mengalahkan para monster itu sendirian? Ahhh sudahlah, untuk apa aku pikirkan, itukan bukan urusanku. Tapi, jika dia berhasil mengalahkan monster itu sendirian berarti dia memang sangat kuat, bukankah akan sangat menguntungkan jika dia mau bergabung bersama party kami? Itu akan sangat membantu party kami kedepannya. Aku harus bicara dengannya nanti. Baiklah kurasa mereka sudah menungguku." Aku sedikit penasaran dengan pria berkacamata itu.

Setelah selesai buang air aku kembali menuju ke tempat teman-temanku untuk melanjutkan perjalanan kami. Di dekat mobil, semuanya sudah bersiap untuk pergi. Mereka menungguku kembali sebelum melanjutkan perjalanan.

"Kemana saja kau Jay? Lama sekali? Apa kau tersesat? Hahaha..." Bima bertanya padaku, kenapa aku sangat lama.

"Maaf semuanya, kalian jadi menungguku. Tapi, tidak ada toilet disekitar sini. Jadi, aku pergi ke dekat hutan sana." Aku menjelaskan pada semuanya.

"Baiklah, karena sudah lengkap ayo kita pergi sekarang." Loka menyuruh kami bergegas setelah semuanya berkumpul.

Kami melanjutkan kembali perjalanan menuju Trowulan. Di perjalanan aku dan teman-teman yang lain banyak berbincang dengan pria berkacamata tadi. Dia sepertinya orang yang pintar dan juga cerdas. Selain terlihat dari penampilannya, ternyata dia juga banyak tahu tentang system ini. Tentu saja tidak sejauh yang aku ketahui, untuk orang yang baru pertama kali menghadapi bencana ini, dia mungkin salah satu yang cepat paham. Tapi, sepertinya banyak hal aneh padanya. Aku merasa, dia menyembunyikan sesuatu dari kami.

"Ohh iya, siapa namamu?" Aku bertanya nama pria itu.

"Maaf, aku belum memperkenalkan diri. Perkenalkan namaku Yusa, Yusa Sanjaya. Sebelumnya aku seorang pengacara, dan sekarang di system ini aku memiliki Job seorang Warrior." Pria berkacamata itu memperkenalkan dirinya.

"Warrior? Maksudmu kau seorang petarung?" Bima kebingungan dengan perkataan Yusa.

"Apa kalian tidak mengetahui tentang Job Class?" Yusa bertanya pada kami mengenai Job Class Players.

"(Semuanya menggelengkan kepala)"

Menurut Novel yang kubaca, Job Class adalah Job (pekerjaan/Profesi) yang diperoleh players saat berhasil naik ke level 5. Job Class dapat di akses oleh players dengan melihat status miliknya dan mengklik aktifkan Job. Job yang didapatkan players akan disesuaikan dengan kemahiran yang players itu miliki.

Di level dasar, Job Class dibagi menjadi 7 jenis yaitu Tanker, Warrior, Archer, Mage, Assassin, Lancer, dan Production. Setiap Job memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Jika level players semakin tinggi, otomatis kemahirannya juga akan semakin meningkat. Oleh karena itu, Job Class Players tersebut akan meningkat juga menjadi Job Spesialis.

Sebut saja seorang Players dengan Job Warrior akan mendapatkan Job Spesialis Sword Master jika kemahiran berpedang players tersebut meningkat, ataupun seorang Archer yang memiliki kemahiran menembak jitu maka Players dengan Job Archer tersebut akan mendapatkan Job Spesialis Sniper. Begitu juga dengan Job lainnya.

Tapi, berbeda dengan Job Production, Job tersebut bukan spesialis tipe petarung. Oleh karena itu, players dengan Job Production meningkatkan kemampuannya dengan membuat sesuatu yang mereka kuasai. Seperti Players yang memiliki kemampuan dalam menempa besi, players tersebut akan mendapatkan Job Spesialis Blacksmith.

Walau begitu, masih ada 1 Job Class yang tidak masuk ke 7 jenis Job Class dasar. Job Class tersebut dinamakan Unique Job Class. Sedikit yang aku ketahui tentang Job ini, tapi mereka yang mendapatkannya adalah calon players kuat. Hanya sedikit players yang mampu mendapatkan Unique Job ini.

"Aku akan memperlihatkan nya. Baiklah, sekarang buka status kalian terlebih dahulu." Yusa mengajari kami mengaktifkan Job Class kami semua.

"S T A T U S O P E N!" Semuanya.

"Kalian lihat dibagian bawah nama kalian, disitu akan terlihat fitur Job yang masih terkunci. Sekarang klik fitur tersebut lalu klik aktifkan."

"Wow, jadi ini Job Classku Keren!" Bima senang melihat Job yang dimilikinya.

"Gimana? sekarang kalian semua sudah memiliki job masing-masing kan?"

"Kau benar. Terimakasih Yusa. Ternyata ini Job ku sekarang di system." Loka sangat senang melihat Job nya.

"Ada yang salah Jay?" Yusa bertanya padaku yang sedang memikirkan sesuatu.

"Oh ya, tidak.. Tidak ada. Maaf aku sedikit melamun."

"Kenapa kau melamun, Jay? Apa kau lelah? Jika kau lelah kau bisa tidur, perjalanan kita masih panjang." Loka menyuruhku untuk beristirahat.

"Tidak bukan begitu, hanya saja... Hei, Yusa. Boleh aku bertanya sesuatu?" Aku memberanikan diri bertanya pada Yusa.

"Tentu saja."

Hal yang aku pikirkan itu tidak lain adalah tempat pertarungan dihutan. Aku merasa disana ada yang janggal, bukan hanya banyak darah berceceran disana. Tapi, yang aku tahu monster yang berhasil kami bunuh akan menghilang begitupun dengan darahnya. Jika aku pikir kembali mungkin saja darah itu bukan berasal dari monster, mungkin saja dari players tapi aku tidak menemukan satupun mayatnya. Ditambah lagi, Yusa yang datang sendirian dari arah hutan itu membuatku ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi disana.

"Kau tahu sebelum kita berangkat, aku sempat buang air kecil di hutan. Disana, aku melihat sesuatu. Seperti ada bekas pertarungan. Aku tahu jika players berhasil mengalahkan monster, semua bagian dari monster itu akan menghilang termasuk darahnya yang bercucuran. Tapi, kenapa masih ada bekas darah yang aku lihat disana? Dan juga sebelum kau menemui kami, kau juga datang dari arah hutan itu kan? Apa kau berhasil mengalahkan monster-monster itu sendirian? atau...

"Atau apa Jay?" Roro bertanya padaku, dia penasaran.

"kau membunuh para players yang ada dihutan itu?"

"Jay, kurasa kau sedikit berlebihan." Loka tidak percaya dengan perkataanku.

"Tidak, bukan maksudku menuduhnya. Aku hanya sedikit penasaran saja. Kita berlima saja hampir kewalahan saat menghadapi quest, bahkan kita semua mendapatkan luka yang parah saat bertarung melawan Wandering. Aku hanya penasaran apa dia sekuat itu? Karena mampu melawan monster-monster itu seorang diri!?" Aku mencoba menjelaskan pada semuanya.

"Kurasa aku akan menceritakan kejadiannya. Sebelumnya aku minta maaf karena membuat kalian semua khawatir. Jadi sebenarnya, aku tidak sendirian saat menghadapi quest. Dari awal quest sampai quest terakhir, aku sama seperti kalian. Aku punya teman-teman yang saling bekerja sama untuk menyelesaikan quest itu. Sampai tiba saat kami semua berhadapan dengan Boss monster di quest sebelumnya..." Yusa menceritakan kejadiannya pada kami.

"Tunggu, maaf aku potong ceritamu. Apa maksudmu quest sebelumnya itu, sebelum kau meminta kami untuk pergi bersama?" Aku memotong cerita Yusa.

"Iya benar. Di Quest sebelumnya aku dan teman-temanku berhadapan dengan Boss Monster didalam hutan itu."

"(Dalam hati) Jadi, quest yang Yusa dapatkan berbeda dengan quest yang kami dapatkan sebelumnya. Quest berhadapan dengan Boss Monster adalah quest saat kami berhasil mengalahkan Wandering. Sepertinya setiap tempat yang berbeda akan mendapatkan quest yang berbeda juga. Ternyata Novel yang kubaca itu tidak menjelaskan terlalu detail. Aku cukup paham sekarang, bagaimana cara kerja quest ini." Aku memahami sesuatu setelah mendengar cerita Yusa.

"Apa aku salah bicara?"

"Tidak Yusa, kurasa Jay bingung karena sebelumnya quest yang kami dapatkan bukan mengalahkan Boss Monster. Quest itu kami dapatkan sehari lalu saat kami masih diJakarta. Aku rasa kami memiliki quest yang berbeda denganmu." Loka menjelaskan tentang Quest Boss yang kami dapatkan sebelumnya.

"Jadi begitu. Baiklah, aku lanjutkan ceritanya. Saat itu aku dan teman-temanku berjumlah 4 orang dan kami berada diparty yang sama untuk mengalahkan Boss Monster itu. Karena Boss Monster itu sangat kuat, kami berlima kesulitan menghadapi nya, sampai pada akhirnya semua teman-temanku mengorbankan diri mereka untukku. Aku berhasil membunuh Boss Monster itu, tapi semua temanku tewas karena menjadi umpan untukku membunuh Bossnya. Sebelum quest dimulai, kami berjanji akan pergi ke Trowulan dan menyelesaikan Tower Dungeon yang ada disana. Oleh karena itu, aku putuskan untuk pergi ke Trowulan dan menyelesaikan Dungeon itu! Karena itu adalah janji terkahir yang kami buat bersama." Yusa menceritakan semua kejadian yang menimpa temannya.

"Maafkan aku Yusa. Aku sudah bersikap lancang padamu. Aku turut berduka cita untuk teman-temanmu." Aku meminta maaf pada Yusa karena sudah lancang.

"Tidak masalah, Jay. Walau berat, tapi ini sudah menjadi takdir yang tidak bisa aku ubah."

Setelah mendengar cerita dari Yusa, kami terus melanjutkan perjalanan. Setelah hampir setengah jalan, ada hal buruk yang menimpa kami. Jembatan yang menghubungkan jalan raya yang ingin kami lewati terputus. Kami kebingunan untuk melanjutkan perjalannya.

(Bima mengerem mendadak)

"Aduduhh, kenapa kau rem mendadak Bima?" Loka bertanya pada Bima.

"Maaf kak, kurasa kita terjebak. Lihat!" Bima menunjuk kedepan, tepat letak jembatan itu hancur.

Semuanya melihat kearah jembatan yang hancur itu. Kami semua tidak percaya, karena sebentar lagi sampai ke tempat tujuan tapi malah ada kejadian seperti ini.

"Jembatan yang akan kita seberangi sudah hancur. Kita tidak bisa menyebrang ke arah sana." Bima merasa tidak akan bisa melanjutkan perjalanan ini.

"Apa? Padahal sebentar lagi kita sampai ke Yogya." Roro sedikit kecewa dengan kejadian yang menimpa kami.

"Yogya? Aku kira kalian akan ke Trowulan." Yusa tidak tahu jika kami akan pergi kerumah Roro sebelum ke Trowulan.

"Kita memang akan ke Trowulan, Yusa. Tapi kita akan liburan 1 hari dirumah Roro. Ayolah kau juga ikut saja." Loka memberitahu Yusa.

"Liburan? Ah tentu saja aku mau. Itu juga jika kalian tidak kerepotan." Yusa senang mendengarnya.

"Tapi, bagaimana cara kita menyebrangi jalan ini? Kita berada di arah lain dari ujung jembatan." Ucap Arya.

"Ntahlah, tapi pilihan terbaik dengan mencari jalan lain selain jembatan ini. Hanya saja akan memakan banyak waktu lagi." Jawab Bima.

"Dibawah sana terdapat aliran air dengan ombak yang deras. Mustahil kita bisa selamat jika jatuh dari sini." Aku melihat kearah bawah dan disana terdapat air yang sangat deras.

"Kau benar Jay. Pilihan terbaik kita adalah mencari jalan lain." Loka setuju dengan ucapan Bima.

"Teman-teman, aku punya cara agar kita bisa melewati jalan ini dengan selamat!" Roro sepertinya memiliki ide untuk menyebrangi jalan ini.

"Bagaimana caranya, Roro?" Tanya Bima.

"Dengan membuat jembatan baru!" Jawab Roro dengan percaya diri.

"Hahaha...." Semua orang tertawa.

"Kita tidak akan mampu membuat jembatan. Bahan yang dibutuhkan dan peralatannya pun kita tidak punya. Lalu, Bagaimana caramu membuat jembatan itu Roro?" Bima kembali bertanya.

"Tentu saja dengan Sihir!" Jawab Roro dengan percaya diri.

"Apa, sihir?" Kami semua heran dengan ucapan Roro.

"Iya! Aku seorang Mage dan sekarang aku bisa menggunakan sihir karena aku sudah berlevel 10. Walau ini kali pertamaku menggunakan sihir, tapi akan kucoba semaksimal mungkin." Roro menjelaskan bahwa dia memiliki Job Mage.

"Wah, ternyata Roro juga sudah level 10. Aku sedikit iri padamu." Loka mencubit pipi Roro.

"Baiklah silahkan kau coba sihir baru mu, Roro. Kami semua percaya padamu." Aku memberi semangat pada Roro.

"Baik, serahkan saja padaku!"

Semua orang berada di belakang Roro dan melihat Roro menggunakan sihirnya.

"Wahai Air Yang Tenang, Sumber Kehidupan Mahkluk Hidup, Yang Mengalir Dari Laut Menuju Tanah Tandus. Tunjukkanlah Kami Jalan Menuju Samudra, Tempat Sang Ratu Bersuka Cita. Haaa... WaterBridge! "

.

.

.

To Be Continued

More Chapters