Cherreads

Chapter 4 - Chapter 04: Hutan Mistis

- Lanjutan Chapter 03 -

Aku bangun dari pingsan. Melihat hujan diluar sudah reda, langit-langit kembali cerah, suara burung-burung berkicau diluar

"Hujannya reda.." - Matt Watson

Matt mencoba untuk berdiri dan berjalan

Perlahan-lahan, namun kakinya yang terkilir masih terasa sakit

Matt menghirup udara, segar dan sedikit basah, merasakan setiap helaan seperti mengisi kekosongan di dadanya. Meski lemah, dia bergumam pelan,

“Aku tidak tahu sebelumnya di mana aku berada sekarang. Pria berjubah itu hanya menyuruhku untuk berlari.” - Matt Watson

Matt berjalan pelan menyusuri tepian hutan. Pohon-pohon tinggi berdiri rapat, daunnya masih basah oleh sisa hujan semalam

Bau tanah basah dan dedaunan yang lembap tercium samar. Sesekali burung kecil berkicau, terdengar dari balik ranting yang bergerak perlahan tertiup angin ringan.

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya ku alami sekarang. Aku tidak dapat bangun dari tidurku, Aku tidak dapat membedakan mana imajinasiku, dan duniaku sekarang.

Jantungku masih terasa sesak saat aku bertanding catur, aku melihat orang tua dan anak laki-laki itu mati di tanganku

"Maafkan aku.." - Matt Watson

Matt kembali berjalan menyusuri hutan-hutan,

Setiap langkah di tanah lembap seolah mengingatkannya bahwa dunia ini masih menggenggamnya erat—atau mungkin justru dirinya yang tak bisa melepaskan dunia ini. Udara terasa terlalu nyata untuk sebuah mimpi. Tapi ingatannya… terlalu kabur untuk kenyataan.

Di sela-sela semak yang mulai kering, Matt menemukan sesuatu.

Jejak.

Dia menghentikan langkahnya. Ada suara.

Krekk…

Suara ranting patah, diikuti bisikan samar dari antara pohon-pohon. Bukan suara manusia. Tapi juga bukan hewan.

Matt membeku, jantungnya berdentum seperti genderang perang. Ia menoleh, dan untuk sepersekian detik, ia melihatnya—bayangan hitam, samar, seakan meniru gerakannya. Sosok itu tidak memiliki wajah, hanya siluet yang menyatu dengan kabut tipis di antara pepohonan.

“Shadow…” bisik Matt, matanya membelalak.

Bayangan itu tidak menyerang. Tidak mendekat. Tapi juga tidak menghilang. Ia hanya berdiri, seakan menanti. Seperti pantulan dari masa lalu yang belum selesai.

Matt menunduk, mengepalkan tangan. Luka di kakinya berdenyut, tapi rasa bersalah di dadanya jauh lebih menyakitkan.

“Kalau ini dunia yang kuciptakan… kenapa aku harus merasa takut?” katanya pelan, lalu melangkah lagi, menembus bayangan itu.

Namun saat ia melewati tempat bayangan tadi berdiri, Matt merasakan hawa dingin menembus tulangnya. Suatu bisikan—bukan dari luar, tapi dari dalam dirinya—menggema:

"Kau akan mengulang semuanya… sampai kau mengerti." - ???

Matt menggigit bibirnya. Dunia ini memang belum selesai.

Bayangan itu seketika lenyap dari pandangan matt. Disisi lain matt merasa kebingungan dan takut dengan apa yang dia alami saat ini.

bayangan yang memanggilnya dengan suara yang tak pernah ia kenali, tapi terasa sangat familiar.

"Apa-apaan itu tadi, bayangan itu seketika menghilang..." - Matt Watson

"Aku harus terus berjalan dan menemukan pemukiman diluar hutan ini" - Matt Watson

Matt melanjutkan perjalanannya, sambil menahan laparnya. Dia terus berjalan hingga berhasil keluar dari hutan tersebut.

Matt akhirnya melihat sebuah desa yang bermukiman di sekitar gunung yang besar tersebut.

"Ada desa, aku harus ke sana sekarang." Gumam Matt

Matt langsung berlari, meskipun kaki kanannya masih terkilir dia tidak menghiraukan. Yang hanya ia inginkan adalah pergi ke desa itu, dia berlari dengan cepat, rumput-rumput seperti membelah semak-semak yang ada didepannya. Seperti menyatu dengan Matt itu sendiri

Matt kebingungan dengan apa yang terjadi tapi dia tetap terus berlari.

Sepanjang Matt berlari dia tiba-tiba terjatuh dan terguling-guling diatas rumput yang lebat.

Dan berhenti ketika kepala nya terbentur batu yang ada didepannya.

"Argh sialan!" - Matt Watson

*Brak*

Matt pun pingsan.

*Kilas balik pada Matt sebelum berada pada dunia imajinasinya*

Matt adalah anak yang pendiam di sekolah SMP nya. Dia tidak punya bakat alami, atau keahlian apapun. yang dia bisa hanyalah menyendiri di perpustakaan dan mendengarkan siaran radio.

Itu sebabnya Matt kerap di rundung oleh teman sekelas dan seniornya sendiri.

Pada saat itu Matt baru saja ingin pergi dari perpustakaan, setelah mendengar suara pemberitahuan jam pelajaran ke 5 yang akan dimulai dalam 5 menit lagi

"Ding ding. Jam kelima akan dimulai dalam 5 menit lagi" - Suara Pemberitahuan dari speaker

Pada perjalanannya menuju ke kelas, dia tarik oleh seseorang ke kamar mandi yang sudah lama tidak digunakan.

"Sini kau sialan!" - ???

"Hmph!.." - Matt Watson

Didalam kamar mandi, tiba-tiba kepala matt didorong-dorong ke dalam kloset, sambil memukuli Matt, dan menendangnya,

Akhirnya Matt ditarik keluar dari dalam kloset, Matt masih terbatuk-batuk karna kesulitan bernapas akibat kepalanya terus di dorong-dorong ke dalam kloset.

Matt membuka matanya. Dia melihat orang-orang berdiri didepannya, mereka adalah kakak senior kelas 3 dan teman sekelasku.

Salah satu kakak kelas menarik rambut matt, dan mematikan rokoknya dengan tangannya Matt.

"Argh sakit!" - Matt Watson

"Jadi kau yang memberitahukan kepada polisi, kemarin kan" - Kakak Senior

Matt ketakutan, kakak senior itu menatapnya seperti ingin membunuh Matt itu sendiri.

"A-aku.. ti-tidak--" - Matt Watson

"Bicara yang jelas kau sialan" - Kakak Senior

Kakak senior itu menendang Matt dengan keras, hingga terhempas ke dinding

"Ugh!" - Matt Watson

Orang-orang pun hanya melihat dan tertawa melihatku dipukuli seperti ini, aku masih tidak bisa bergerak, perut ku sangat kesakitan karna barusan ditendang.

"Haha lihat bocah keparat ini lemah banget" - Kakak kelas

"Hei tendang saja sekali lagi biar dia mengaku" - Teman Sekelas Matt

"Bocah yang sekelas dengan bocah ini benar juga ya" - Kakak Kelas

"Bagaiman jika kau yang menendangnya" - Kakak Kelas

Salah satu teman sekelas ku berjalan kedepan ku, dia menatapku dengan tatap jahat, sambil membuat senyuman terhadapku

"Matt jujurlah kepada kami, kau yang memberitahukan kepada polisi saat itu bukan" - teman sekelas

"Tentang kami bertransaksi obat kemarin, kau ada disana dan tak sengaja melihat kami. Aku tahu itu matt" - Teman Sekelas

"A-aku tidak bilang ke siapapun aku bersumpah!" - Matt Watson

"Jangan bohong kepadaku!" - Teman sekelas

Teman sekelas Matt lalu menendang-nendangnya terus mengurus, lalu mengambil air dan membasahi Matt.

"Jujur atau kau akan mati ditanganku Matt!" - Teman sekelas

"A-aku tidak bilang siapa-siapa, aku langsung pulang kerumah, aku bersumpah!" Jawab Matt yang masih terbata-bata karna kedinginan.

"Cih, kakak kelas sepertinya sangat sulit, membuatnya jujur" - Teman sekelas

"Berhenti saja." - Kakak kelas

"Apa?" - teman sekelas

"Tidak ada untungnya menghajar seorang pecundang, dia bahkan tidak melawan. Ayo pergi." - Kakak kelas

Mereka semua pun berjalan pergi, meninggalkan Matt sendirian didalam kamar mandi

"Kau kali ini beruntung Matt, kau beruntung" - teman sekelas

Beberapa menit kemudian Matt akhirnya pun bangun, sekujur tubuhnya basah kuyup, kakinya pun terluka,

Di lorong kelas dia berjalan perlahan-lahan, semua orang yang didalam kelas pun melihat Matt yang basah kuyup hanya tertawa dan memfotonya.

"Kasian sekali" kata ??? Sambil tertawa

"Haha pecundang!" - ???

"Hei ini ku upload ke facebook bisa viral ga sih" - ???

"Haha haha" - ???

"Aku benci mereka" dalam hati matt

- To be Continue -

More Chapters