Cherreads

Chapter 43 - Kembali Menyapa Jalan, Tapi Bukan untuk Mengemis

Beberapa bulan setelah bergabung di kegiatan digital Pazki dan ikut pelatihan dari Telin, aku mulai mendapatkan tugas-tugas kecil. Kadang diminta bantu meng-install ulang komputer, kadang disuruh ngecek koneksi WiFi di ruangan belajar, bahkan pernah bantu bikin presentasi untuk kegiatan di yayasan.

Tapi yang paling berkesan—aku dan dua temanku diminta ikut turun ke lapangan untuk menyosialisasikan program literasi digital ke anak-anak jalanan.

Saat hari itu datang, hatiku deg-degan. Bukan karena takut berbicara, tapi karena lokasi yang kami tuju adalah tempat yang sangat familiar: sekitaran stasiun dan ruko ITC Cibinong. Tempat aku dulu mengamen, tempat aku dulu tidur di pojokan warnet DC, tempat semua kenangan kelam bermula.

Aku kembali menyusuri jalanan itu. Bedanya, kini aku membawa laptop dan brosur. Aku memakai kaus berkerah dengan logo yayasan. Langkahku pasti, tidak lagi menghindar dari tatapan orang.

Di trotoar itu aku melihat anak laki-laki berumur sekitar 10 tahun duduk dengan gitar kecil. Matanya menatap kosong ke arah jalan. Aku tahu persis rasa itu. Aku dekati dia, duduk di sebelahnya, lalu pelan-pelan mulai bicara.

"Dulu, abang juga duduk di sini. Tapi sekarang abang udah bisa bikin desain, bisa bantu orang lain, dan gak harus ngamen lagi buat makan."

Dia menoleh, masih ragu. Tapi dia mendengar. Sama seperti dulu aku mendengar seseorang pertama kali bicara tentang Pazki. Percakapan itu mungkin tak panjang, tapi bisa jadi itulah awal dari langkah kecil untuk anak itu. Seperti yang pernah terjadi padaku.

Hari itu aku belajar satu hal: aku bisa kembali ke jalan bukan untuk mengemis, bukan untuk kabur—tapi untuk mengulurkan tangan.

Dan itu rasanya jauh lebih mulia dari sekadar bertahan hidup.

More Chapters