Malam itu aku terjaga lebih lama dari biasanya. Di luar jendela, suara jangkrik bersaut-sautan, dan udara malam terasa sejuk. Pikiranku berputar kembali ke mimpi yang dulu terasa jauh dan sulit dijangkau. Bengkel motor. Terkadang aku merasa mimpi itu lebih dekat dari yang aku bayangkan.
Hari demi hari, aku mulai mempersiapkan segalanya. Bukan hanya tentang ilmu komputer yang aku pelajari di sini, tapi juga tentang keterampilan lain yang aku rasa akan penting. Menyusun rencana bengkel motor itu dimulai dengan hal-hal kecil—menabung sedikit demi sedikit, mencari tahu tentang peralatan bengkel, bertanya pada orang yang sudah berpengalaman, dan membuat daftar biaya.
Aku sering bertanya pada Abah tentang hal ini. Abah selalu memberiku nasihat bijak, salah satunya adalah:
"Jangan pernah merasa takut memulai sesuatu yang besar, Rangga. Semua yang besar dimulai dengan langkah kecil."
Aku mencoba memaknai itu setiap harinya. Keseharianku kini penuh dengan langkah-langkah kecil yang kadang tak terlihat, namun semuanya mengarah ke tujuan besar itu—mimpi menjadi pemilik bengkel motor.
Suatu hari, setelah seharian bekerja dengan komputer, aku duduk di teras dan melihat anak-anak bermain bola di lapangan dekat pesantren. Tiba-tiba rasa rindu akan masa kecil itu datang—masa ketika hidup terasa ringan meskipun penuh tantangan. Aku ingat bagaimana dulu aku selalu merasa bahwa dunia ini begitu besar, dan aku harus berjuang untuk mendapat tempat di dalamnya. Sekarang, dunia terasa lebih kecil. Dengan niat dan usaha, aku merasa lebih siap untuk bertanggung jawab atas hidupku.
Tapi ada satu hal yang tidak bisa aku lupa: aku ingin lebih dari sekadar bertahan hidup. Aku ingin memberikan kembali. Aku ingin memberi peluang kepada orang lain, terutama mereka yang seperti aku dulu—anak-anak yang merasa tidak punya masa depan, yang hidupnya terhenti karena kurangnya kesempatan. Aku ingin mereka tahu bahwa mereka pun bisa bermimpi besar, dan bahwa mimpi itu tidak terbatas.
Hari itu aku melangkah ke ruang komputer dengan semangat baru. Bukan hanya untuk belajar dan mengembangkan diri, tapi juga untuk mempersiapkan langkah besar yang sudah semakin dekat—membuka bengkel motor. Aku tahu, tidak ada yang instan. Semua butuh waktu. Tapi aku percaya, seperti yang Abah katakan, langkah kecil itu akan membawa pada sesuatu yang besar.
Aku siap untuk melangkah lebih jauh lagi.