Cherreads

Chapter 82 - Suara yang Familiar

Mereka semua akhirnya tiba didepan sebuah altar yang aneh, terdapat banyak simbol simbol kuno sulit untuk diartikan.

Dari depan sana tampak sebuah lukisan yang terpajang dari balik tembok, lukisan itu seperti menggambarkan makhluk aneh yang menggenggam bola kecil digenggaman tangannya.

Dilihat dari manapun, lukisan itu bukan dibuat oleh manusia. Terbukti dengan simbol simbol aneh yang terdapat didalam lukisan tersebut.

"Jadi apa kamu mengetahui makna dari lukisan itu, Reims Realms?"

Javelyn menatap remaja itu yang memberinya sedikit harapan memecahkan makna dari lukisan kuno itu.

Semua anggota V.T.H.A lainnya lebih tepatnya berada dibelakang sana. Menggertakan giginya menatap pemuda itu, mereka tak sabar mencincangnya jika tidak ada pemimpin Javelyn sejak tadi.

"Tunggu, biarkan aku melihatnya secara detail!"

Reims melangkahkan kakinya menuju kearah depan dimana lukisan kuno itu berada.

Baik Nano dan Edward berharap Reims baik baik saja, sebab tempat ini seperti jebakan yang bisa kapan saja membunuhnya.

Reims tiba didepan lukisan itu, Reims mengamatinya dengan detail lebih jelas lagi. Reims menyimpulkan makhluk yang ada dilukisan itu seperti menggenggam bola misterius yang sulit diartikan.

"Bola itu sepertinya bukan bola biasa, melainkan seperti...?"

Reims menghentikan ucapannya sendiri, tak yakin apa yang dilihatnya.

Bola yang digenggam makhluk dari lukisan dibalik tembok itu seperti kumpulan warna yang memukau. Seperti alam semesta lain jauh dari dimana dia berasal, lebih tepatnya makhluk itu layaknya tuhan yang dapat mengenggam ciptaan semestanya sendiri.

"Huh?"...

Reims mundur beberapa langkah kebelakang setelah merasakan bahwa lukisan itu menatap dirinya.

"Tidak, tidak!"

"Aku tidak salah lihatkan?"

Reims meyakinkan dirinya sendiri tentang apa yang dilihatnya hanyalah halusinasi semata.

Tiba tiba saja Reims berteriak keras menahan rasa sakit yang menjalar ditubuhnya, Reims menutup kedua kuping telinga berusaha tidak mendengarkan apa yang dia dengar.

"Aku tidak menginginkan anak pengemis sepertimu!"

"Enyahlah dari dunia ini!"

Ucap seorang wanita muda menatap sinis dirinya tak sudi mengakui dia adalah anaknya sendiri. 

"ARRRH!"

Reims berteriak kesakitan mendengar suara entah dari mana berasal seperti memberinya ujian kehidupan.

"Tetaplah menjadi anak baik Storm, nenek selalu mempercayaimu!"

Terdengar suara wanita paruh baya yang tidak asing bagi Reims, tak lain nenek yang meninggalkannya saat dia masih kecil dulu.

"Arrrh!"

Reims ambruk kelantai dengan wajah pucat, dia dengan jelas mendengar suara nenek yang merawatnya sejak kecil.

Reims bingung darimana suara itu berasal, seakan dia hanya bisa mendengar suara tanpa melihat wujud itu sendiri.

"Apa yang terjadi denganmu Reims?"

Nano kebingungan melihat Reims yang seperti orang aneh, berteriak kesakitan dengan tatapan kosong.

"Kita harus menolongnya, sepertinya dia terkena ilusi dari lukisan aneh itu!"

Edward ingin maju kedepan membantu Reims yang seperti menahan penderitaan dibalik ilusi dari lukisan kuno.

"Jangan mendekat kearahnya, lukisan kuno itu akan membuat siapa saja merasakan derita kehampaan!"

"Kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk menyelamatkannya!"

Javelyn melarang keras bagi Nano dan Edward yang hendak membantu Reims.

Javelyn merasakan bahwa ada sesosok jiwa yang memberi Reims penderitaan dengan ujian ilusi yang diciptakannya.

"Cih!"

Edward mendecih merasa gagal menyelamatkan teman mereka itu, begitupun Nano yang merasa bersalah membawa Reims kedalam petaka seperti ini.

"Hai Storm kamu darimana saja? Aku mencarimu kemana mana tapi kamu ternyata berada disini!"

Terdengar suara yang sangat familiar ditelinga Reims, dia seperti mengenal suara itu tetapi tidak mengingatnya sama sekali.

"ARRH!"

"Suara- itu?... Mengapa- aku seperti mengenalinya?"...

Sambil menahan rasa sakit yang seperti mencabik cabik tubuhnya ini, Reims seperti tak asing mendengar suara itu.

"Kak Storm kenapa?"

"Aku sekarang sudah punya keluarga sendiri kak! Terima kasih sudah menjagaku dulu kak Storm!"

Terdengar suara kembali, namun suara itu berasal dari seorang anak kecil yang memanggil Reims sebagai Storm.

"ARGHHH!"

Reims kembali berteriak menahan tubuhnya yang terasa digerogoti hidup hidup.

"Bruk!

Reims ambruk kelantai dengan memuntahkan seteguk darah segar, Reims menatap kebawah lantai dengan tatapan kosong.

"Suara itu darimana mana? Lalu siapa Storm? Mengapa suara suara itu memanggilku dengan sebutan itu?"

Pertanyaan pertanyaan mulai ditanyakan Reims didalam hatinya, dia seperti mendengar suara yang familiar baginya. Namun entah mengapa Reims sama sekali tidak mengingatnya, apalagi tanpa tahu siapa yang memanggilnya dengan panggilan Storm.

"Apa yang sebenarnya yang terjadi?"

Reims bertanya pada dirinya sendiri dengan hati yang kacau, suara yang didengarnya seperti orang yang berharga baginya namun dia sama sekali tidak bisa mengetahui siapa yang memanggilnya seakan tidak memberinya jawaban dari pertanyaan dari lubuk hatinya.

More Chapters