Kota Cyberrun Astra L 500, sebuah kota kecil yang berada dibarat wilayah Aksrega United. Kota kecil itu menjadi salah satu kota yang rawan kriminal, banyak ilmuwan maupun profesor ilegal berada dikota Cyberrun Astra L 500.
Storm mengubah penampilannya menjadi pemuda yang lusuh, tak ayal Storm juga merubah identitasnya selama berada dikota ini.
Rem, pemuda berasal dari distrik kumuh berada dibawah kota Cyberrun Astra L 500 dengan kawasan yang begitu berantakan.
Storm merubah namanya menjadi Rem hanya untuk menutupi siapa dirinya, seorang buronan dunia yang sangat dicari berbagai pihak global.
"Hei kau mana pesanan yang kuinginkan? Lama sekali kau keparat!"
Umpat pria berbadan besar sembari memarahi pelayan restoran yang sangat tidak becus membawakannya pesanannya.
Rem segera meletakkan pesanan dari pria itu, lalu meminta maaf atas ketidakbecusannya. Rem kembali melanjutkan pekerjaannya kembali.
"Sudah syukur kuberi kau pekerjaan, masih saja tidak becus!"
Pria paruh baya dengan tubuh gemuk menggeleng kepalanya, pelayan baru yang sudah bekerja baru beberapa hari itu selalu saja membuat pembeli memarahinya.
"Maaf pak!"
Hanya itu yang Rem ucapkan, Rem bingung harus berbuat apa sebab dia bekerja direstoran miliknya hanya mencari tempat yang aman berlindung sementara waktu.
Waktu terus berlalu, hari hari dilalui Storm atau Rem selama berada dikota Cyberrun Astra L 500 dengan hari biasa.
Meski kota ini dipenuhi oleh banyak penjahat yang senang menindas yang lemah, tapi setidaknya Rem merasa aman karena identitasnya masih terjaga aman tanpa ada yang tahu sama sekali.
"Tolong!"
"Aaaarh, lepaskan aku! Siapapun tolong aku!"
Saat tengah berjalan pulang menuju apartemen kecil untuk beristirahat, Rem menghentikan langkah kakinya.
Rem menghela nafas kasar mendengar seperti ada suara wanita yang meminta tolong. Rem sudah terbiasa mendengar juga sering melihat banyak penjahat dikota ini terutama Distrik kecil ini.
"Mau bagaimana lagi, aku harus menolongnya!" Batin Rem menuju kearah dimana sumber suara itu berasal.
Dua orang pria berbadan besar, satu mengenakan topi berlambang tengkorak diatas kepalanya. Serta satunya lagi tak memiliki rambut sama sekali alias botak.
Mereka mencegat gadis muda yang ingin melewati mereka berdua, kesempatan bagi mereka berdua bisa menikmati wanita semuda itu.
"Sudah ikut saja dengan kami, tidak usah melawan!"
Ucap pria botak menatap genit kearah gadis muda itu.
"Benar itu, kamu tidak usah melawan! Ikut saja sama om, kami akan memberikan hadiah yang sangat enak tak pernah dibayangkan!"
Tambah pria bertopi itu tak kalah menatap gadis muda itu tak berkedip.
"Arrrhh, selamatkan aku tuhan! Hiks hiks!"
"Tolong! Siapapun tolong aku!"
Teriak gadis muda itu ketakutan setengah mati melihat dua pria itu mencoba membawanya secara paksa.
"Percuma saja, tidak ada yang mendengar teriakan sia siamu itu!"
"Hahaha!"
Kedua pria itu menertawakan gadis muda itu yang seperti pasrah menerima keadaannya yang begitu malang.
"Oh ya, apa itu benar?"
"Tentu saja, tempat ini kejahatan sudah menjadi hal biasa!"
"Eh tunggu, siapa yang berta?...
"Bang!"
Rem melempar pria bertopi itu menabrak dinding tembok hingga menghancurkan tembok yang ditabraknya.
"Keparat, siapa kau?"
Pria botak terkejut melihat kemunculan laki laki muda didepannya itu, pria botak itu tak terima temannya dikalahkan dengan mudahnya.
"Orang lemah seperti tidak layak mengetahui siapa namaku!"
Rem mengejek pria botak itu dengan memprovokasinya.
"Awas kau nak! Akan kuberi pelajaran karena sudah melawan orang kuat sepertiku ini!"
Pria botak itu mengeluarkan pisau kecil dari balik saku celananya. Lalu tanpa basa basi, dia berlari cepat menikam pemuda kurang ajar itu.
"Awas berbahaya!"
Gadis muda itu memberi peringatan kepada laki laki yang menolongnya itu. Dia khawatir jika laki laki muda itu harus tewas karena menyelamatkannya.
"Crash!"
Pisau tajam menusuk perut pemuda itu hingga menembus jantungnya.
"Hahaha!"
"Mati kau anak muda, terima buah dari keberanianmu menantang orang kuat sepertiku ini!"
Pria botak itu tertawa keras karena telah berhasil menikam pemuda ini.
"Oh ya, aku baru tahu ternyata orang lemah sepertimu banyak bicara!"
Rem tampak santai saja saat pisau kecil itu menancap ditubuhnya, bagi Rem pisau tajam tak akan membuatnya terluka.
Rem merasa geli senjata pemusnah massal yang menargetkan dirinya, Rem masih tetaplah hidup. Apalagi ini, pisau kecil yang terasa seperti digigit semut.
"Tunggu, kenapa kau tidak mati...?...
"Bruk!"
Sebelum pria botak itu bertanya, Rem lebih dulu mencabut kepalanya hingga terputus dari lehernya.
"Aaaaa!"
Wanita muda itu menjerit histeris menyaksikan langsung adegan sadis didepan matanya.
Dia terasa ingin pingsan tidak tahan melihat betapa ngerinya orang yang menolonynya itu. Namun sebelum itu.
"Berisik kau!"
Rem melemparkan batu kecil mengenai kepalanya hingga membuatnya hening sejenak.
"Nah dengan begini, jejak yang telah kubuat tidak akan bisa dicari apalagi dilacak oleh musuh!"
Rem membuang kedua mayat yang dia kalahkan dengan mudah kesungai, dimana monster air segera melahapnya dengan girang.
"Byur!"
"Ruarrh!"
Rem kembali ketempat semula memastikan teknik pelumpuhan yang diberikannya ampuh. Rem dengan tenang menyusuri lorong gelap disudut perkotaan yang bringas ini.