Cherreads

Chapter 24 - BAB 24: DALAM DAMAI YANG DI AWASI DAN BAYANGAN YANG MENDEKAT

[PAGI HARI — KOTA TOKYO, MUSIM PANAS]

Langit cerah. Angin sejuk menyapu jalanan kota yang perlahan mulai dipadati pelajar yang tak lagi sibuk karena musim liburan.

Reivan duduk santai di sebuah bangku taman, mengenakan kaos putih tipis dan hoodie hitam terbuka. Rambut hitamnya tertiup lembut angin, dan tatapan matanya mengarah ke langit, seolah tenang… walau pikirannya tidak pernah benar-benar istirahat.

"Kau masih mikirin mereka?"

Suara lembut Aveline membuat Reivan menoleh. Gadis berambut cokelat bergelombang itu duduk di sebelahnya, mengenakan pakaian kasual musim panas dengan celana jeans pendek dan blus lengan panjang berwarna pastel.

Reivan hanya tersenyum tipis. "Enggak juga. Cuma menikmati ketenangan sebelum badai selanjutnya."

Aveline menatapnya dalam. "Kau selalu terdengar seperti punya dunia sendiri…"

Reivan menoleh, menatap matanya. "Mungkin memang begitu."

Sesaat mereka terdiam. Tapi keheningan itu tak berlangsung lama.

"H-Hey! Kalian nggak bisa pacaran diam-diam di sini!"

Tiba-tiba Lyra dan Chika muncul dari balik semak, membuat keduanya langsung menoleh kaget.

"Siapa juga yang pacaran?" ucap Aveline dengan pipi memerah.

Chika memonyongkan bibir. "Cih, bilang aja duluan ngajak jalan."

Lyra menambahkan, "Ini liburan, bukan musim rebutan Reivan."

Reivan hanya mengangkat alis. "…Aku gak tahu ini kompetisi."

"Suka-suka kamu, mister aktor." kata Lyra sambil menepuk pundaknya.

[MARKAS RAHASIA — KAFE BAWAH TANAH, TIM MATA-MATA INTERNASIONAL]

Di tempat berbeda, suasana jauh dari santai. Selene, si mata-mata muda berambut perak, duduk di depan Nikolai, sang analis jenius yang memutar ulang cuplikan video yang ditunjukkannya.

Satu frame menunjukkan bayangan Reivan dari belakang, saat mengalahkan pasukan Specter Eidolon. Gambar buram, tapi… tanda luka di leher itu khas.

Nikolai menatap layar. "…Jika analisis ini benar, kita tidak jauh dari target."

Di belakangnya, tiga rekan lainnya — Kai (petarung brutal), Iris (penembak jitu), dan Rex (ahli jebakan) — menatap serius.

"Target dengan kode sandi: Night Hunter. Lokasi terkini… diduga SMA KUROGANE."

Selene mengangguk. "Aku akan menyusup lebih dalam."

"Berhati-hatilah," ujar Nikolai. "Dia bukan target biasa. Dia… legenda yang bahkan membuat dua organisasi terbesar runtuh dalam satu malam."

[DI TEMPAT LAIN — MARKAS ALEXANDROS]

Zagreus melipat tangan. "Mereka sudah mulai mencium bau…"

Nyra memutar pisau kecil di jarinya. "Kalau mereka sampai mengganggu SMA itu…"

Alexandros berdiri, memandangi peta holografik Tokyo.

"Kalau mereka menginjak wilayahku… Maka permainan akan berubah. Reivan bukan target. Dia adalah peringatan."

---

[PAGI HARI — SMA KUROGANE]

Walau libur, SMA Kurogane tetap buka untuk beberapa siswa yang mengikuti kegiatan tambahan, dan tentu saja, beberapa 'alasan pribadi'—terutama bagi mereka yang tak bisa jauh dari satu sosok bernama Reivan.

Reivan datang lebih pagi, duduk santai di kursi taman sekolah sambil membuka novel di tangannya. Namun ia bisa merasakan langkah ringan mendekatinya.

Tanpa menoleh, dia sudah tahu.

"Aveline udah duluan?"

Bukan Aveline. Kali ini suara itu dingin tapi lembut.

Selene.

Gadis berambut perak itu tersenyum tipis. Ia mengenakan blazer abu dan celana panjang, gaya yang tidak terlalu mencolok tapi tetap elegan. Ia duduk di samping Reivan begitu saja.

"Aku cuma… lewat," katanya tenang.

Reivan menatapnya sejenak. "Lewat tapi duduk di sebelah gue?"

Selene tak menjawab. Ia hanya menatap Reivan, seolah meneliti tiap geraknya.

[RUANG RAHASIA DI KAFE BAWAH TANAH]

Nikolai menatap monitor. Sebuah video menunjukkan rekaman kecil Selene dan Reivan berbicara di taman.

"Itu dia. Target kita, Reivan Arkady."

Kai menyipitkan mata. "Remaja SMA. Tapi dari gerak tubuhnya… itu bukan orang biasa."

Iris mengangguk. "Mata tajam, bahu santai… tapi siaga. Dia menyadari Selene sejak langkah pertama."

"Laporannya?"

Selene di ujung sambungan suara menjawab, "Kemungkinan besar, dia adalah Night Hunter."

Nikolai tersenyum tipis. "Kalau benar, kita harus pastikan… dan cepat."

[DI SMA KUROGANE — RUANGAN BELAKANG PERPUSTAKAAN]

Reivan dan Selene masih duduk berdua. Selene menatap lurus ke buku yang dibaca Reivan.

"Kau tahu, banyak orang di dunia ini… menyembunyikan siapa diri mereka."

Reivan membalik halaman tanpa menoleh. "Kayak kamu?"

Selene tersenyum. "Mungkin"

Reivan menutup buku itu pelan. Tatapannya berubah tajam sesaat. Tapi hanya sesaat.

"Lucu juga," katanya. "Kamu ngomong kayak agen rahasia."

Selene berdiri. "Kadang, agen pun ingin tahu seperti apa 'musuh' mereka… sebelum menembak."

Ia berjalan pergi, meninggalkan Reivan dengan tatapan penuh teka-teki.

[MARKAS ALEXANDROS]

Alexandros berdiri di depan layar besar yang menampilkan lima wajah.

Zagreus: "Mereka sudah menyusup."

Nyra: "Dan mereka mendekati Reivan."

Alexandros terdiam. Tangannya mengepal.

"Beri dia ruang. Tapi jika mereka menyentuhnya… meskipun satu helai rambutnya..."

Ia menoleh. "Aku sendiri yang akan menghapus satu negara dari peta."

More Chapters