Cherreads

Chapter 92 - Perasaan yang Rumit

"Langit jingga sangat indah ya?"

Rem menoleh kesamping mendapati Elicia berdiri sembari mengagetkan lamunannya sejak tadi.

Elicia tersenyum kearah Rem, Elicia kembali menatap langit yang perlahan mulai berubah menjadi malam yang baru.

Cakrawala yang bersinar terang disiang hari kini hendak menutup cahayanya, menggantinya dengan sinar rembulan purnama.

"Kamu tahu Rem, setiap langkah yang kita ambil memberi pelajaran hidup...

Elicia memejamkan matanya mengingat masa lalunya dulu.

"Bahwa waktu terus berjalan dengan sendirinya, kita tidak akan selamanya menghirup udara segar seperti ini! Karena waktu bagaikan seorang pembunuh, waktu akan mematikan seseorang yang kuat sekalipun!...

Elicia memberi makna dari hidup, bahwa kehidupan memanglah indah namun terus berlalu hingga mereka kembali dilupakan oleh waktu itu sendiri.

"Sejak kapan kau pintar membuat kata? Kau hanya seorang koki rendahan!"

Ejek Rem mengejek Elicia, dilihat dari tampangnya saja Rem yakin Elicia hanya wanita biasa tidak ada mempunyai kekuatan uniknya sama sekali.

Elicia memaksakan untuk tersenyum meski ucapan Rem sangatlah merendahkan harga dirinya. Elicia kembali berkata.

"Terkadang dalam hidup tak selamanya seperti itu terus menerus, akan ada masanya dimana kita hanya diam dan menerima keadaan!"

"Seperti kamu saat ini menyesali rasa bersalahmu sendiri bahkan tak tahu harus menebus kesalahanmu dengan apa!"

Rem terbelalak mendengar perkataan Elicia yang mengetahui isi hatinya, Rem tidak menyangka Elicia dapat menebak keadaan yang dialaminya saat ini.

"Darimana kau mengetahuinya?"

"Dari tampilanmu, sikapmu yang pengecut itu tidak akan pernah bisa menggantikan rasa penyesalan yang ada!"

Elicia menduga Rem memiliki tekanan hidup yang kacau, ternyata dugaannya benar Rem memiliki masa lalu yang kelam.

Rem terdiam seribu bahasa mendengar apa yang diucapkan oleh Elicia, apa yang dikatakan olenya memang benar adanya.

Dia pengecut!

Dia penakut!

Seharusnya Rem sadar bahwa dia tidak melarikan diri dari masalah hidupnya, sesedih apapun yang dideritanya tidak akan membuat orang lain bertanya.

"Apakah kamu baik baik saja?"

Rem kini menyadari upayanya terus melarikan diri dari kejaran banyak musuh itu hanya percuma. Cepat atau lambat jati dirinya yang sebenarnya akan terungkap jua.

Rem juga sadar dia akan menghapi kekuatan skala besar dari seluruh dunia, demi menumbangkannya semata.

"Aku mengerti sekarang, mungkin inilah jalan yang kupilih menebus semua rasa penyesalanku!"

Rem kini mempunyai jalannya sendiri untuk menebus semua rasa bersalahnya, terutama kepergian nenek tercinta dan adik berharganya.

Rem menyesal seharusnya dia berusaha menjadi lebih kuat lagi bukan bersembunyi dikandang lain demi menyelamatkan nyawanya sendiri.

"Apa yang kamu maksud Rem?"

Elicia penasaran mendengar ucapan serius dari Rem yang terkesan penuh arti.

"Kau akan tahu dengan sendirinya!"

Tidak lama, matahari sudah terbenam dari ufuk barat. Malampun kini tiba menggantikan hari yang telah berganti warna, dengan hiasan bintang bersinar mulai bermunculan.

Seolah cahaya berkilauan dari luar angkasa sana menuju bumi, memamerkan kilauan cahaya indahnya yang bersinar terang dilangit malam.

Tersisa Rem yang kini termenung ditepi sungai, Elicia sudah pulang karena hari semakin malam. Entah mengapa Rem tetap berada disana tetapi hatinya sangatlah berisik sekali.

"Elicia mengingatkanku pada Lucy!"

Rem merindukan dimanakah wanita pujaannya itu berada, Elicia yang dia kenal mengingatkannya tentang wanita yang sangat peduli terhadapnya.

Selama tujuh tahun lamanya, dia dan Lucy tidak pernah bertemu apalagi mendengar kabar. 

"Andai saja kamu tahu Lucy jika aku begitu mencintaimu setulus hatiku!"

"Maka kita hidup bersama menggantikan perasaanku yang selama ini terbelenggu penyesalan!...

Rem menatap langit malam dengan nanar, tak terasa air mata yang selama ini tidak pernah ia teteskan akhirnya jatuh juga.

Sekuat apapun seseorang apabila kehilangan orang yang dicintai pasti akan nangis juga, begitupun yang dialami oleh Rem atau Storm.

Meski sudah mengalahkan banyak sekali monster, berhadapan melawan banyak musuh yang terus mengincarnya.

Rem larut dalam kesedihannya sendiri, tidak ada yang menemaninya dikala rasa sedih terus melandanya.

"Maafkan aku Lucy, bukannya aku tak mencintaimu aku menjauh darimu karena takut kejadian yang sama terulang kembali!"

Rem berucap lirih memandang angkasa penuh kehampaan.

Rem hanya takut jika Lucy bersama dirinya maka akan sangat membahayakannya, oleh karena itu dia memilih membiarkannya memilih jalan hidupnya sendiri daripada harus hidup menderita dalam kematian yang kapan saja menjemputnya yaitu dibunuh oleh musuh musuhnya.

```

Tidakkah kau tahu betapa kumerindukanmu

Harusnya kau sadar jalan yang kita ambil berbeda arah

Aku selalu berharap kita akan bersama menanti hidup dimasa tua kita nanti

Namun kenyataan memilih jalannya sendiri

Enyahlah dari duniaku

Pergilah dari hatiku

Karena aku sadar cinta dan harapan itu bagaikan mengharapkan seseorang yang pergi hilang entah kemana

Kini kusadar bahwa pertemuan kita dulu menyisakan kenangan tak terlupakan

Sebelum akhirnya kita dipisahkan oleh jalan hidup yang kita ambil dalam perbedaan

Lupakanlah aku

Hilangkan namaku dari harapanku

Kita tetap menjadi satu harapan yang sama

Namun kehidupan kita yang menentukan harapan itu menjadi sirna tertelan kata dalam luka

More Chapters