Cherreads

Chapter 79 - Tiba di Gedung Proyeksi Wordl Ancient

Gedung Proyeksi World Ancient.

Reims, Edward, dan Nano tiba didepan gedung yang menjadi markas V.T.H.A tentu kehadiran mereka disambut tidak baik oleh petugas keamanan.

Apalagi mereka mengenakan pakaian seragam sekolah, pastinya mereka ingin berbuat rusuh di tempat ini.

"Tempat ini bukan untuk anak anak seperti kalian, silahkan pergi dari sini!"

Seorang pria bertubuh besar mengenakan seragam keamanan mencegat anak remaja itu yang mencoba memasuki area gedung.

Edward merasa tersinggung atas ucapan dari petugas keamanan itu, Edward tidak takut menghadapinya. Dengan tubuhnya yang tak kalah gagahnya, Edward menimpali perkataan darinya.

"Kami kesini dengan tujuan baik, jika ada yang menghalangi kami sepertinya tanganku terasa gatal!"

Tantang Edward percaya diri melawan petugas keamanan yang tidak menyambutnya dengan ramah.

Reims bingung harus berbuat apa, dia ingin menegur Edward yang seperti memulai keributan. Tapi Reims sadar dia adalah paling lemah diantara mereka bertiga, Reims memilih untuk tidak ikut berurusan dengan mereka apabila terjadi kegaduhan.

Nano yang tidak ingin salah paham, menunjukkan kartu identitas resminya sebagai anggota V.T.H.A kepada sang petugas keamanan.

"Maaf pak ini kesalahpahaman saja, silahkan periksa kartu identitas anggota dari saya!"

Petugas keamanan itu menyipitkan matanya melihat dengan jelas kartu identitas anggota V.T.H.A itu, dia baru mengetahui ternyata ada salah satu anggota resminya yang berasal dari murid sekolah.

"Hahaha!"

Petugas keamanan itu tertawa keras setelah melihat kartu identitas anggota resmi dari Nano.

Ketiga teman itu saling pandang satu sama lain dengan heran, mengapa dia tertawa sekencang itu?

Terutama Nano, dia bingung kenapa dirinya tidak dikenali oleh petugas keamanan itu. Padahal dia bagian dari organisasi V.T.H.A.

"Kamu rupanya Nano, aku hampir saja tidak mengenalimu!"

"Perkenalkan aku Brive Sen, aku sering mendengar tentang rumormu sebagai pelukis yang hebat! Ternyata kamu seorang murid sekolah?"

"Aku baru mengetahuinya!"

Brive tidak menyangka tentang nama yang sering dia dengar itu, ternyata seorang pelajar sekolah. 

Nano menggaruk kepalanya dengan malu, memang dia tidak terlalu dikenal oleh banyak orang orang organisasinya sendiri.

Dikarenakan Nano fokus belajar dan melukis, tak punya banyak waktu berkumpul bersama mereka.

"Benar pak, nama saya tidak terlalu terkenal!"

Brive melirik kearah seorang murid yang tampak berbadan besar hampir menyamainya, juga orang yang adu mulut dengannya tadi.

Brive bisa menilai dia tipikal murid yang berbakat dalam hal terutama olahraga yang memerlukan fisik yang mumpuni.

"Makanan apa yang kamu makan nak?"

Edward menjawab dengan penuh bangga pada petugas keamanan yang hampir saja dia tendang itu.

"Apakah aku harus menjawabnya? Tentu tidak!"

Dengus Edward tak ingin rahasia pelatihan khususnya dalam hal menjaga kebugaran fisiknya diketahui oleh orang lain.

Edward harus menyembunyikan metode latihannya dari siapapun, hanya dirinya yang tahu metode ampuh dalam memamerkan kegagahannya.

"Anak yang sombong!"

Brive sedikit kecewa atas jawaban tersebut, Brive menilai murid itu tipikal murid yang sombong.

Lalu Brive melirik kesamping Nano, tampak remaja dengan wajah tampan tetapi memiliki perawakan seperti belum makan berhari hari.

Tidak ada yang istimewa darinya selain wajahnya yang tampan, tubuhnya juga tidak segagah murid bernama Edward itu.

"Pastinya anak ini memiliki kehidupan yang menyedihkan?"

Gumam Brive iba melihatnya yang seperti orang penyakitan.

"Sayangnya aku tidak mempunyai uang receh nak, maaf tidak bisa memberi! Aku juga kerja disini bukan memberi anak miskin sepertimu!"

Brive merendahkan murid teman dari Nano itu, Brive menganggapnya sebagai pengemis yang beruntung dapat bersekolah.

"Tidak apa pak, saya bisa mencari uang sendiri tanpa harus minta minta dari orang lain!"

Jawab Reims dengan ramah, meski didalam hatinya ini adalah sebuah penghinaan baginya.

Tapi Reims sadar penampilannya yang biasa biasa saja pastinya orang orang mengira dia anak pengemis. Reims menghela nafas sembari menatap angkasa dengan tatapan nanar.

"Akan kubuktikan nanti bahwa orang lemah sepertiku akan menjadi pahlawan bagi semua orang, meski tidak pernah diakui sekalipun!"

Tekad Reims yang bertekad menjadi lebih kuat lagi, untuk tidak terus direndahkan oleh orang orang yang sering merendahkannya.

Jika takdir tidak bisa memberiku kebahagian yang kuinginkan, maka aku sendiri yang akan menentang aturan takdir itu sendiri walaupun harus menantang kemutlakan hukum alam, tegas Reims didalam hatinya.

More Chapters