Cherreads

Chapter 12 - Menuju lembah phoenix

Saat suatu misteri datang, mereka akan hadir membawa sebuah kejutan, membuat petualangan yang menyenangkan.

...

saat ini mereka berenam sedang mengerjakan ujian harian yang di berikan oleh pak Arnold. tak ada yang berani bicara, bahkan untuk membuka sedikit mulutnya pun tak berani, hanya melihat kertas ujian dengan gusar karna tak tahu apa yang harus mereka tulis di lembar jawaban. Kecuali berlima gadis yang dengan mudahnya mengobrol, dengan mensenyapkan udara agar suara mereka tak terdengar oleh guru killer itu.

"Hei, Suzy. apa tak apa membiarkan dua anak itu sendirian di kastil? " tanya Luna berbisik.

"Kita sudah memperkuat keamanan kastil, mereka pasti akan baik-baik saja. " jawab Suzy sembari memastikan bahwa guru tak menengok ke arah mereka.

"Kapan kita akan pergi dengan mereka? " kali ini Yoona yang bertanya, sembari mendekatkan tubuhnya ke arah Suzy.

"Aku sudah menyiapkan surat izin kita, kita semua akan berangkat setelah pulang sekolah." jawab Suzy lagi, yang membuat mereka berdua akhirnya tenang.

...

Bel istirahat telah berbunyi, kelas kini cukup tenang karna hampir seluruh murid kelas pergi ke kantin untuk membeli makan siang. Di kelas terlihat Bella dan Liza yang sedang adu panco, Luna yang menjahit boneka beruang, Suzy yang bermain rubik, dan di sebelahnya ada Yoona yang tertidur dengan tangan tertelungkup di atas meja dengan tenang.

Di alam bawah sadarnya, Yoona bermimpi berjalan bertelanjang kaki di atas rumput hijau, ia memakai dress putih selutut, melihat ke sekitar pemandangan hutan yang terasa begitu familier. /kami sudah lama menunggumu... cepatlah datang, kami ingin segera bertemu denganmu.../

Yoona berkali-kali berteriak bertanya siapa pemilik suara itu, suaranya menggema di seluruh hutan membuat Yoona melihat ke sekeliling, mengedarkan pemandangannya mencari pemilik suara...

Kini suara itu berhenti, dan mulai muncul suara tangisan dan erangan kesakitan, dari balik pohon terlihat gadis yang serupa dengannya mengintipnya diam-diam, Yoona mengejarnya saat gadis itu kini berlari ke tengah hutan.

Gadis itu tertawa melihat ke belakang seolah mengajak Yoona bermain, sampai sebuah panah melesat menusuk jantung gadis itu sampai ia jatuh tergeletak ke atas tanah.

"Gadis terkutuk!" Yoona yang masih terkejut menengok saat seorang lelaki dengan membawa busur panahnya. Lelaki itu tidak bisa melihat Yoona, ia menyeret tubuh gadis tadi dan membawanya pergi.

Yoona melihat saat ini gadis itu sedikit membuka matanya dan tersenyum ke arah Yoona. Lelaki besar itu sampai di sebuah pemukiman kecil dengan hanya beberapa puluh penduduk. Mereka semua berkumpul di depan batang besar yang di siapkan untuk mengikat dan membakar gadis itu.

"Gadis malapetaka, kau seharusnya bersyukur bisa mati dengan cepat, tanpa harus merasakan penderitaan bertahun-tahun yang kami alami. Kami berharap semoga kau tidak pernah kembali bereinkarnasi dalam bentuk apa pun."

Gadis yang terlihat lemah itu, hanya bisa diam saat orang-orang mengikat tubuhnya ke atas tiang di atas tumpukan kayu, dan mulai menyulut api untuk membakarnya.

Yoona hanya bisa diam melihat api yang mengelilingi gadis itu, perlahan naik hingga membakar tubuhnya. Seketika sebuah suara berdengung di telinga Yoona membuatnya menutup telinganya karna sakit.

"Takdirmu adalah kematian, tubuhmu suci tapi penuh dengan kutukan... hanya kematian yang dapat menyelamatkanmu, pengorbanan yang dapat melindungimu, hingga garis kutukan itu akan sepenuhnya terhapus darimu, atau di masa depan kau akan menyebabkan kematian bagi banyak orang. Keputusan itu ada di tanganmu..."

Di dalam kelas keempat temannya keheranan melihat Yoona yang menangis dalam tidurnya, beberapa kali mengguncang tubuhnya, tapi dia hanya terus menggumam. "Tidak... bukan... tolong..."

"YOONA!!" Yoona kaget dan terbangun saat Suzy mengguncang keras tubuhnya sembari berteriak memanggil namanya. Ia mengambil nafas terengah sembari berusaha menenangkan diri dari rasa takut sehabis mengalami mimpi buruknya.

"Ada apa?" yang lainnya menatap khawatir, ternyata kini sudah berada di sana mengerubunginya.

Keringat sebesar jagung menetes dari dahi Yoona, sementara mulutnya masih terasa sulit untuk berkata.

Mereka berempat langsung mengerti, mengelus punggungnya kemudian memeluknya. "Jangan khawatir, semuanya pasti akan baik-baik saja... kau habis mimpi buruk, ya?" Yoona masih menahan dadanya yang terasa sesak, semua itu terasa begitu nyata untuk di bilang hanya sebuah mimpi, dia seperti di perlihatkan gambaran tentang dirinya di kehidupan lainnya.

...

Sekolah hari ini telah usai, kini Aldric telah bersiap dengan tas besar dan juga motor besar nya di luar kastil, begitu pun dengan Nataly dan Andrew yang telah membawa banyak kertas mantra dan batu sihir, yang kemudian mereka masukkan ke dalam cincin ruang.

"Dimana para gadis itu? kenapa mereka lama sekali, sih! " gerutu Aldric dengan kesal, lelaki itu duduk berjongkok sembari memainkan ranting pohon, menunggu berlima gadis itu keluar.

Vrumm... Vrumm..

terdengar suara derum motor yang membuat Aldric dan juga kedua anak itu, menengok ke arah sumber suara. Kelima gadis yang muncul menggunakan motor trail nya, dengan menggunakan jaket kulit dan juga sepatu boot berwarna hitam, membuat Aldric tak bisa mengedipkan matanya, memandangi kecantikan berlima gadis itu yang kini tampak berbeda auranya.

"Hei, kenapa bengong? cepat ganti motormu itu, kau tak mungkin masuk hutan dengan motor besarmu itu!" Teriak Liza sembari melemparkan kunci motor untuk dipakai Aldric. Aldric menangkap kunci yang dilempar Liza, sampai ia menemukan kejanggalan pada mereka berlima.

"Tunggu dulu, dimana barang bawaan kalian?" tanya Aldric karna tak melihat barang-barang mereka. "Kami menyimpannya kedalam cincin ruang, akan sangat merepotkan jika kami membawa nya secara langsung. " jawab Yoona yang seketika membuat Aldric memasang tampang sedih.

Cincin ruang adalah cincin masa yang memiliki ruang tak terbatas, menggunakan energi ruang menempanya dengan sedikit mana sihir sudah dapat membuat satu buah cincin ruang berkualitas. Cincin di kerjakan paling lama sekitar tujuh bulan. Biasanya cincin ini di jual di pelelangan alat sihir di pasar gelap bawah tanah.

"Kalian licik sekali. lihatlah tas besarku ini, aku juga ingin, pakai cincin ruang! " gerutu Aldric sembari mengerucutkanbibirnya. "Paman, kau bisa pakai cincin ini! " tawar Andrew sembari memberikan sebuah cincin ruang, yang ia ambil dari sakunya. Dari mereka semua, memang hanya Aldric lah yang membawa barangnya secara langsung.

"Terima kasih." senang Aldric menerima cincin yang diberikan Andrew, "Tapi.... bagaimana cara menggunakannya? " tanya Aldric Bingung sembari memperhatikan cincin itu dengan detail. Saat menjadi werewolf ataupun manusia, ia tidak pernah sekalipun menggunakan cincin ruang untuk membawa barang.

"Dasar si bodoh ini, tempelkan ujung permata pada barang yang akan kau simpan! " oceh Liza, kemudian Aldri menempelkan ujung permata cincin itu pada barang bawaannya, dan secara ajaib barang itu menghilang dari pandangannya. "Sungguh keren! " takjub Aldric pada apa yang dilihatnya barusan,

"Sudahlah bodoh, cepat ganti motormu. Jangan membuang waktu kami! " perintah Liza, kemudian Aldric langsung berlari menuju kastil, untuk mengganti motornya. Saat ini mereka sudah berkumpul untuk membahas perjalanan mereka sebelum berangkat meninggalkan kastil.

"Menurut peta ini, tujuan kita adalah lembah Phoenix. Dan jalan tercepat yang bisa kita tempuh adalah sebelah utara gerbang perbatasan hutan kastil kalian, " jelas Andrew sembari menunjukkan isi peta pada mereka semua.

"Perjalanan dari sini menuju lembah Phoenix cukup jauh, tapi tak apalah. Mari kita mulai perjalanannya! " ujar Suzy menyemangati teman-temannya.

More Chapters